Teladan-teladan Agustusan

Edisi: 27/04 / Tanggal : 1974-09-07 / Halaman : 31 / Rubrik : PDK / Penulis :

NYONYA Burjan Ummi Warsiti yang mewakili ke-52 guru teladan
dalam acara sambutan malam perpisahan di Aula terbuka Departemen
P dan K lewat dua pekan yang lalu, nyaris gagal menyelesaikan
kata-kata perpisahannya. "Kami di daerah adalah guru-guru biasa
saja namun di ibukota kami terlalu dihargai", katanya sambil
tersendat dan mata berair. Suasana yang dicekam haru kemudian
dilanjutkan Umi: "Ini suatu bukti harkat dan martabat guru akan
ditingkatkan". Kata-kata perpisahan guru SKKP Pangkalan Madura
yang mewakili guru teladan Jawa Timur dalam pemilihan tingkat
nasional itu boleh jadi bukan tanpa alasan. Sudah jelas, seperti
pertama kali pemilihan ini dilakukan dua tahun yang lalu,
ibu-ibu Ria Pembangunan yang menjadi sponsornya cukup sadar
bahwa penghargaan masyarakat terhadap guru memang cenderung
tidak ada. Tapi tentu saja rasa haru yang tumbuh dari para 13
guru teladan itu adalah karena perlakuan selama di ibukota yang
bagaikan tamu agung itu. Bahkan seperti yang ditulis Thomas Benu
dari Kabupaten Timor-Tengah Selatan yang mewakili Nusa Tenggara
Timur dalam buku kenang-kenangannya: "Kami dimanja oleh
bapak-bapak panitia dari segala macam makanan dan minuman.

; Tidak sama dengan pemilihan guru teladan tahun lalu, tahun ini
ada peningkatan berupa perluasan ruang lingkup sasaran pemilihan
dari guru-guru tingkat SD sampai ke guru-guru tingkat SLP.
Malah, "untuk tahun mendatang dapat ditingkatkan lagi mencakup
guru-guru tingkat berikutnya", seperti kata Menteri Sjarif
Thajeb. Memang tidak mudah untuk merebut kedudukan guru teladan
itu. Paling tidak enam persyaratan mentalitas dipandang dari
moral Pancasila, kepribadian, kemampuan melaksanakan tugas,
partisipasi dalam lingkungan, kesehatan jasmani dan masa kerja
-- harus ditempuh sebelum terpilih menjadi guru-guru teladan
tingkat nasional dengan berbagai cara. Misalnya tertulis,
wawancara atau observasi…

Keywords: -

---

Foto Terkait