PENYANYI DULU ITU BERNAMA S.EFFENDI

Edisi: 13/05 / Tanggal : 1975-05-31 / Halaman : 41 / Rubrik : SD / Penulis :


MENJELANG tengah malam di radio berkumandang lagu Semalam di
Malaya. Ciptaan Syaiful Bahri ini biasanya dinyanyikan oleh
Said Effendi biduan tenar pada dekade 50-an. Namun yang sering
terdengar kini bukan lagi suara Said, melainkan Sam dari band
D'Lloyd. Tak heran bila tarian atau goyangnya lain. Said juga
sempat mendengar lagunya ini serta sejumlah yang lain
ciptaannya-dimainkan orang. Apa komentarnya? Sebagai penyanyi
maupun pencipta lagu berlanggam Melayu (ada 60 buah dan dia
pernah memimpin orkes melayu Irama Agung), Said tak puas dengan
lagu-lagunya yang dibawakan orang lain. Ada dua musababnya.
Pertama, lagu-lagunya dikasetkan begitu saja tanpa mengindahkan
hukum bisnis. Ini tentu bikin dia kecil hati. "Pengusahanya
banyak yang tidak fair", keluhnya. Di samping itu ada satu
kerisauan lagi. "Para penyanyi itu sayangnya tak mau berbincang
dulu ke mari tentang jiwa lagu-lagu tersebut" katanya. Meski
buat dirinya lebih sering gigit jari, toh Said tak
menyembunyikan kegembiraan. Sebab irama Melayu di mana dia
terbilang seorang dari pelopornya ini pernah nyaris masuk kotak.
Tapi tahun belakangan ini ramai lagi merayahi pasaran - baik
yang mau tulen bercorak Deli, apa lagi yang kerasukan dangdut.

; Lepas dari basa-basi, Said tak menaruh keberatan pada
perkembangan irama Melayu ini menjadi dangdut India. "Apa
salahnya kita masukkan irama negara tetangga kita", ujarnya.
"Sedang lagu pop sendiri kan banyak yang dari barat".
Ditunjuknya, orkes ini amat disukai khalayak dari lapisan yang
paling jelata. Lalu apakah Said tak tergerak muncul kembali?
Terus-terang dia memang tak menaruh harapan keliwat besar buat
tampil lagi, meski dia ada mempersiapkan diri untuk rekaman
dengan orkes melayu Chandralela pimpinan Husein Bawafie. Ada 20
lagu semua. Akan hal orkesnya sendiri Said menyerah. "Sudah
bukan zamanku lagi memimpin orkes". Pada usianya kini 52 tahun,
Said agaknya terbilang awet muda. Namun suaranya yang terkenal
lantang itu tak urung menua juga. Dia memang bukan Frank Sinatra
ataupun Elvis misalnya yang mampu bernafas panjang
lagi--mungkin karena berkecukupan untuk memelihara kondisi
suara. Sudah sejak awal 60-an tatkala irama Melayu mengalami
kemunduran, tuturnya: "Maka masa itulah aku mengganti minuman,
dari susu menjadi air tajin. Oi, mak. Macam mana pula suara awak
'ni bisa terus baik?" Said tertawa. Rada pamit.

; Lalu apa sih kegiatannya sekarang? awal Mei lalu dia baru saja
menyelesaikan kontrak sebagai seorang di antara pemain untuk
film Ateng Mata Keranjang yang disutradarai Asrul Sani. Rupanya
dia kena juga di hati Asrul. Sebab jauh sebelum ini dengan Asrul
pula Said kebagian rol utama dalam fihn Titian Serambut
Dibelah-7. Kemudian ada beberapa filrn lagi dia main. Tidak
keliwat menonjol. Dia memang lebih tenar sebagai biduan Melayu.
Dialeknya sehari-haripun nyaris mengingatkan gaya bicara anak
Medan. Padahal Said tulen keluaran Jawa Timur dari rumpun
Madura.

; Lahir di Besuki, masa kecil Said merupakan riwayat yang
menarik. Pada usia 6 tahun dia kehilangan ibu. Anak tunggal
yang piatu ini kemudian selalu ditinggal ayahnya pula - yang
menjadi pedagang keliling. Bila sang ayah sedang berkelana,
Said ditompangkan ke tetangga. Bagai perahu minus jurumudi,
begitu Said membawa diri. Mungkin lantaran 'kurang mulut" yang-
sudi meluangkan waktu mendidiknya, Said mengakui "akupun sampai
jadi anak paling nakal". Ibu tiri mujur dia tak punya, sebab
ayahnya ternyata lebih senang lama menduda.…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

D
DIA DI BELAKANG PENONTON
1983-02-05

Walaupun bisa nonton gratis, penghasilan rata-rata kecil, juga terancam bahaya radiasi.

D
DI TUBUHMU KULIHAT TATO
1983-02-12

Dengan adanya isu bahwa orang bertato akan diculik jumlah permintaan untuk ditato menjadi turun, bahkan…

D
DI TUBUHMU KULIHAT TATO
1983-02-12

Dengan adanya isu orang yang bertato akan dibunuh, jumlah permintaan untuk ditato menjadi turun bahkan…