H.B. YASSIN, DI MANA MULANYA PUISI...

Edisi: 31/04 / Tanggal : 1975-10-04 / Halaman : 49 / Rubrik : AG / Penulis :


H.B. JASSIN bangkit dari kursinya, menuju mimbar dan mengucapkan
salam. "Saudara-saudara", katanya. "Saya bukanlah seorang ahli
dan sayapun tidak ahli bahasa Arab. Karena itu saya minta
saudara-saudara membantu saya dan janganlah Mengganyang saya".
Hadirin yang telah berkumpul untuk salah-satu acara dalam
keramaian Musabaqah Tilawatil Quran Nasional ke VIIl di
Palembang yang lalu (TEMPO 6 September), tertawa penuh mengerti.
Mereka juga mengikuti dengan simpati ketika Jassin membacakan
ceramahnya sepanjang 11 halaman menuturkan pengalaman pribadinya
mengapa ia sampai tertarik kepada Quran dan kemudian berusaha
menterjemahkannya secara puitis (lihat box). Begitulah
pelan-pelan pembicaraan lantas memasuki masalah-masalah teknis
penterjemahan -- dan hadirin hening sebagian kening mulai
berkerut.

; Tak ayal lagi masalah teknis penterjemahan bukanlah masalah
kecil. Beberapa perbedaan pemahaman ayat sendiri sebagaimana
biasanya sudah cukup menimbulkan debat ilmiah. Ditambah lagi
dengan kenyataan bahwa yang melakukan penterjemahan justru
seorang doktor sastra Indonesia. Tokoh ini sama sekali tidak
dikenal dalam bidang ilmu-ilmu Qur'an juga mengaku bukan ahli
dalam bahasa Arab. Tak heran bila pembanding ceramah Drs H.
Husin Abdul Mu'in yang sehari-harinya Kepala Perwakilan
Departemen Agama Sumatera Selatan di samping dengan sangat
simpatik menyatakan penghargaannya kepada niat yang ikhlas dari
penterjemah juga memberi semacam usul yang halus untuk
berhati-hati.

; Tidak Beragama Islam

; Hadirin setidak-tidaknya para ustaz yang banyak pengetahuan
memang kelihatan berusaha untuk tetap berlapang fikiran. Namun
agaknya ada persoalan: sebagian sumber-sumber bandingan Jassin
di samping kitab-kitab tafsir bahasa Indonesia dan bahasa
Inggeris dari dunia Islam juga buah tangan para penterjemah
Barat yang sebagiannya diketahui tidak beragama Islam. Lagi pula
difikir-fikir apa sih perlunya puitisasi itu dalam penterjemahan
Qur'an?

; Alasan Jassin diberikan secara sederhana. Terjemahan yang sudah
dikerjakan orang dalam bahasa Indonesia (menurut Jassin sudah
berjumlah kira-kira 10) semuanya ditulis dalam bahasa prosa. Dan
hal itu tiada mengherankan karena yang dipentingkan oleh para
penterjemah yang pada umumnya adalah guru-guru agama ialah
kandungan kitab suci itu. Padahal sebenarnya bahasa Qur'an
sangat puitis dan ayat-ayatnya dapat disusun sebagai puisi dalam
pengertian sastra -- walaupun dalam setiap mushaf (buku Qur'an)
ayat-ayat itu secara visuil disusun sebagai prosa .

; Maka tampaklah Jassin memandang prosa dan puisi pertama kali
dari segi visuil dari segi tata-muka. Ia sendiri menyatakan
bahwa perbedaan sebuah puisi dari prosa biasanya lantaran puisi
disusun tidak baris demi baris yang panjangnya memenuhi muka
halaman, akan tetapi baris demi baris yang panjangnya memenuhi
sebagian muka halaman saja. Ia memberi contoh. Surah Yusuf ayat
3 biasanya diterjemahkan begini:

; Kami ceritakan kepadamu kisah yang paling indah dengan
mewahyukan kepadamu (bagian) Quran ini, meskipun kamu sebelumnya
orang yang tiada sadar (akan kebenaran).

; Dan dengan susunan berikut ia menjadi puisi:

; Kami ceritakan kepdamu kisah yang paling Indah Dengan
mewahyukan kepadamu. (bagian) Quran ini,
Meskipun kamu sebelumnya orang yang tiada sadar (akan
kebenaran).

; Sudah tentu sebagaimana dikatakan Jassin tidak semua baris prosa
bisa dirobah menjadi puisi dengan…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

M
Menyebarkan Model Kosim Nurzeha
1994-04-16

Yayasan iqro menyiapkan juru dakwah, ada di antaranya anggota abri berpangkat mayor, yang mengembangkan syiar…

S
Sai Baba, atau Gado-Gado Agama
1994-02-05

Inilah "gerakan" atau apa pun namanya yang mencampuradukkan agama-agama. pekan lalu, kelompok ini dicoret dari…

S
Siapa Orang Musyrik itu?
1994-02-05

Mui surabaya keberatan sebuah masjid dijadikan tempat pertemuan tokoh dari berbagai agama, berdasarkan surat at…