DI SELA-SELA RUMPUN BABU

Edisi: 42/05 / Tanggal : 1975-12-20 / Halaman : 54 / Rubrik : WNT / Penulis :


BABU adalah ibu. Pengertian ini kini tentu saja terlupakan.
Seoran nyonya yang bermaksud bermurah hati menyatakan bahwa
istilah "babu" itu merendahkan. Tapi seorang ahli bahasa di
Direktorat Pengembangan Bahasa Nasional bisa menunjukkan bahwa
dalam kesusastraan lama khususnya Jawa, "babu" memang berarti
"ibu". Namun sementara istilah "ibu" menjadi aneh nilainya --
nyonya menteri disebut "ibu" menteri--istilah "babu" dicoba
disembunyi-sembunyikan. Mungkin inilah pertanda jaman.....

; Hari Ibu sendiri membayangkan sebagian kenyataan itu. Para
wanita, berpakaian rapi, kalau tak mahal, pidato sana pidato
sini, berbicara tentang hakhak wanita--malah terkadang menyebut
soal women's liberation yang berarti "pembebasan kaum wanita" --
tapi nyaris melupakan para wanita yang hak-haknya seperti
diragukan: para pembantu rumah tangga itu. Padahal sering,
pembantu rumah tanga atau "babu" itulah yang memungkinkan ibu
atau isteri-isteri kita punya waktu untuk memperjuangkan nasib
kaum wanita, di hadapan kaum pria. Hari Ibu nyaris hanya jadi
hari "Ibu-lbu", bukan hari si Sarinah - itu pembantu yang
namanya diabadikan Bung Karno dan kini jadi nama toko serba ada
yang mewah.

; Bagi banyak orang, soalnya memang apa boleh buat.

; Lihatlah di Jakarta kota penuh contoh soal ini. Ditutup atau
tak ditutup ibukota terus dibanjiri tenaga kerja murah atau
mahal yang berduyun-duyum Kota ini dengan segera menjadi pasaran
besar tenaga kerja, di mana jasa ditawarkan dan dibeli. Di
antaranya jasa para wanita yang dengan ketrampilan ala kadarnya,
muda atau tua, diharapkan dapat dipakai untuk membantu
membereskan rumah tangga sehari-hari. Dari pengamatan sementara,
sebagian terbesar tenaga kerja wanita yang datang ke Jakarta
adalah untuk menjadi calon babu. Pabrik memang ada, kantor
memang dibuka baru, juga industri-industri hiburan. Tapi bagi
sebagian besar wanita yang merupakan pelarian dari pedusunan
itu, pabrik obat, kantor dagang serta panti pijat adalah tempat
asing.

; Kesetiaan Yang Dulu

; Tak berarti bahwa kaum ibu dari kalangan rendahan itu memang
bertekad untuk menjadi babu sampai Kepelita yang terakhir. Juga
mereka mempunyai mobilitas tersendiri: kesetiaan yang dulu, di
jaman sebelum perang merupakan ciri abdi yang tauladan,
nampaknya mulai berubah dengan diam-diam.

; Masih berusia 14 tahun, seorang gadis bernama Sutriah telah
pulang ke kampungnya di Pemalang sesudah bekerja 8 bulan. Selama
itu ia berhasil mengumpulkan Rp 80 ribu. Jumlah ini menurut
ukurannya cukup dapat dibanggakan di kampungnya. Anak yang
semula bekerja di Tomang Pulomacan ini kemudian pada masa
berikutnya telah muncul lagi, dan berniat terus menjadi babu.
Tidak berniat kembali pada majikannya yang lama. "Pokoknya
pingin ganti, pak", ujarnya agak genit kepada TEMPO. Demikian
juga halnya dengan Siti Jenab. Ia janda yang telah berusia 40
tahun, tapi masih bertekad menggaruk nafkah di Jakarta. Suaminya
adalah pegawai mesjid yang telah tiada 7 tahun silam. Bekas
pedagang singkong yang kelihatannya bosan menjajakan singkong
ini sudah kembali dari pulang mudik…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

D
DI SELA-SELA RUMPUN BABU
1975-12-20

Istilah babu berarti ibu, yang memungkinkan para ibu & istri punya waktu melakukan kegiatan lain.…

H
HARI IBU, HIDUP BABU!
1975-12-20

Para ibu dan istri punya waktu melakukan kegiatan lain tanpa menyadari jasa para babu. usaha…

"
"PASAR BABU" ATAU APAPUN NAMANYA...
1975-12-20

Usaha penyaluran para pembantu rumah tangga tanpa ijin departemen tenaga kerja dan melanggar ketertutupan kota…