PERTAMINA: MENDUGA DALAMNYA SUMUR

Edisi: 04/06 / Tanggal : 1976-03-27 / Halaman : 04 / Rubrik : NAS / Penulis :


DI mana Ibnu Sutowo? Bekas Direktur Utama Pertamina itu
ternyata tidak sedang di AS, seperti diberitakan semula. Menurut
berita dari Medan pekan lalu, Selasa sore ia tiba di bandar
udara Polonia dari Singapura, dengan menumpang pesawat khusus
JetStar N-152 RG. Ia disambut dengan kalungan bunga. Ia membuka
turnamen golf di lapangan milik Pertamina di Tuntungan, Medan.
Lalu akhir minggu berada kembali di Jakarta. Ada rencana ia akan
berceramah di Bandung, atas permintaan Universitas Pajajaran --
meskipun kemudian ditunda. Minggu malam ia menghadiri perayaan
Maulid di aula perumahan mewah Pertamina di Simprug, Kebayoran
Lama.

; Ia rupanya masih tetap menarik kerumunan penyambut dan
perhatian. Tapi yang pasti Ibnu Sutowo -- tentu saja -- tak akan
di kantornya yang dulu lagi.

; Dan suasana di kantor pusat Pertamina itu terasa lengang
sepeninggalnya. Baik jalan Perwira 4, maupun tempat berkumpulnya
para direktur di jalan Perwira 6 Jakarta, tak lagi seramai dulu.
Barisan sedan Mercy hitam kemilau dengan nomor polisi AX, yang
biasanya berjejer di tempat parkir halaman kantor, tiba-tiba
saja seperti menghilang. Juga penjagaan para petugas tak lagi
ketat. Pintu-pintu terbuka mudah dan para pejabat tak repot
ditemui. Suasana kerja keras seolah sedang absen. Di beberapa
ruangan masih tampak tergantung foto Letnan Jenderal Dr H. Ibnu
Sutowo dengan tulisan "Direktur Utama Pertamina". Sekalipun ada
juga yang sudah diganti dengan lambang negara Bhineka Tunggal
Ika. "Sampai sekarang memang belum ada instruksi untuk
menurunkannya", kata seorang pegawai menunjuk gambar itu, pekan
lalu. "Jadi biarkan saja di situ".

; Kesan yang ditinggalkan bekas Dirut Pertamina -- yang bagi
banyak anak buahnya dipandang sebagai "sang bapak" -- memang
sangat mendalam.

; Sedihnya, begitu juga akibat hutang-hutang perusahaan milik
negara itu "Hutang yang bermilyar-milyar dollar itu untuk
bunganya saja harus disediakan ratusan juta dollar setahun,
belum diperkirakan untuk mengangsur pokoknya", kata Menteri
Pertambangan Prof. Sadli. Secara panjang lebar ketika melantik
para direksi Pertamina yang diangkat kembali 10 Maret lalu,
Menteri Sadli menggambarkan betapa besar akibat hutang-hutang
itu memukul perekonomian negeri ini. "Pertamina terlalu besar
dalam perekonomian negara. Kalau sesuatu terjadi dengan
Pertamina maka pengaruhnya kepada sektor-sektor lain dari
perekonomian kita segera akan kita rasakan: pengaruh kepada
anggaran belanja Pemerintah, pengaruh kepada cadangan devisa dan
dengan demikian kepada kokohnya kurs rupiah, pengaruh kepada
batas-batas penyediaan kredit oleh Bank Sentral dan bank-bank
pemerintah, pengaruh pada kesempatan kerja dan lain-lain
sebagainya", kata Sadli.

; Bagaikan sumur yang belum diketahui dalamnya, hutang-hutang yang
dibuat Pertamina itu kabarnya terus bertambah. Baik yang sejak
pecahnya krisis menjadi tanggungan Pemerintah, maupun yang
muncul belakangan ini. Ambillah satu bagian dari hutang itu,
misalnya jumlah uang minyak asing yang tak disetor Pertamina ke
kas negara. Menteri Ekuin Widjojo Nitisastro di depan sidang
pleno DPR Juni tahun lalu mengemukakan jumlah $ 850 juta. Tapi
Menteri Keuangan Ali Wardhana di depan DPR belum lama berselang…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

S
Setelah Islam, Kini Kebangsaan
1994-05-14

Icmi dikecam, maka muncul ikatan cendekiawan kebangsaan indonesia alias icki. pemrakarsanya adalah alamsjah ratuperwiranegara, yang…

K
Kalau Bukan Amosi, Siapa?
1994-05-14

Setelah amosi ditangkap, sejumlah tokoh lsm di medan lari ke jakarta. kepada tempo, mereka mengaku…

O
Orang Sipil di Dapur ABRI
1994-05-14

Sejumlah pengamat seperti sjahrir dan amir santoso duduk dalam dewan sospol abri. apa tugas mereka?