Pengalaman Ketemu Mbah Suro
Edisi: 34/06 / Tanggal : 1976-10-23 / Halaman : 14 / Rubrik : AG / Penulis :
TOKOH "Mbah Suro" dari desa Nginggil yang gersang kini mulai terlupakan. Tapi sebelum peristiwa Sawito, agaknya peristiwa di tepi Bengawan Sala 9 tahun yang lalu itu merupakan contoh lain, yang berbeda, tentang bagaimana sejumlah orang ingin berlindung dan bertahan dalam suatu masa yang mencemaskan.
Waktu itu adalah waktu kejatuhan Bung Karno, waktu peralihan yang penuh gejolak ke "masa baru". Mulyono, bekas lurah Nginggil yang berumur kira-kira 46 tahun, sudah dikenal dengan sebutan "Mbah Suro". Ia bertindak sebagai dukun. Banyak orang mempercayai kesaktiannya, termasuk orang yang berkedudukan di kota-kota. Tak heran bila banyak orang datang. Dan desa Nginggil pun berubah wajah -- bak daerah yang banyak dikunjungi turis. Lampu-lampu neon dipasang di sana. "Sehingga kalau malam hari kita ke Nginggil", begitu tulis wartawan Ramelan dalam bukunya Mbah Suro Nginggil (1967), "kita akan menikmati sinar-sinar lampu neon di tengah-tengah lingkungan hutan belantara yang gelap seram itu". Bahkan direncanakan jalanan akan diaspal oleh Mbah Suro. Aspal sudah tersedia. Tapi kemudian pemerintah Orde Baru melancarkan operasi polisionil ke desa itu
Genjer-genjer
Adapun penguasa setempat waktu itu mensinyalir bahwa "Pertapaan Gunung Kendeng" di desa Nginggil itu tempat persembunyian orang-orang PKI yang lari. Menurut…
Keywords: Desa Nginggil, Dukun, Mbah Suro, Mulyono, Bung Karno, Leo Ngali, Banteng Ulung, Banteng Sarinah, RPKAD, PKI, Abdul Bari Ts, 
Artikel Majalah Text Lainnya
Menyebarkan Model Kosim Nurzeha
1994-04-16Yayasan iqro menyiapkan juru dakwah, ada di antaranya anggota abri berpangkat mayor, yang mengembangkan syiar…
Sai Baba, atau Gado-Gado Agama
1994-02-05Inilah "gerakan" atau apa pun namanya yang mencampuradukkan agama-agama. pekan lalu, kelompok ini dicoret dari…
Siapa Orang Musyrik itu?
1994-02-05Mui surabaya keberatan sebuah masjid dijadikan tempat pertemuan tokoh dari berbagai agama, berdasarkan surat at…