Mula-mula Desas, Kemudian Desus
Edisi: 49/07 / Tanggal : 1978-02-04 / Halaman : 05 / Rubrik : NAS / Penulis :
SEHARI setelah koran ibukota dilarang terbil sementara, produksi desas-desus mendadak meningkat. Tak kurang dari empat jenderal didesas-desuskan telah ditahan. Maka orangpun ramai bergunjing di seputar "penangkapan" itu di pesta koktil kedutaan, di pesta perkawinan, bahkan sampai arisan para Ibu.
Beberapa perwakilan kantor berita asing di Jakarta tak ketinggalan dapat telepon dari sana-sini. Bukan cuma menanyakan perihal kabar angin itu, tapi malah kadang memberi info. "Sumbernya bukan orang sembarangan pula," kata seorang wartawan asing. Ghafur Fadyl dari kantor berita AP Jakarta juga merasa pusing mendapat info telepon yang bertubi-tubi. "Tapi semua itu tentu harus saya cek dulu," katanya.
Para wartawan--termasuk yang korannya dilarang terbit sementara - kontan menanyakan kepada Kas Kopkamtib Sudomo selepas pelantikan KASAD di Istana Negara pekan lalu. Sudomo, yang sudah tak lagi kelihatan tegang, dan kembali gemar berkelakar dengan…
Keywords: Radio Australia, Ghafur Fadyl, Sudomo, Letjen Kemal Idris, HR Dharsono, Ali Sadikin, Jenderal Surono, Richard Woolcott, Allan Morris, Emil Salim, Letjen Widodo, Drs Arief Rachman, 
Artikel Majalah Text Lainnya
Setelah Islam, Kini Kebangsaan
1994-05-14Icmi dikecam, maka muncul ikatan cendekiawan kebangsaan indonesia alias icki. pemrakarsanya adalah alamsjah ratuperwiranegara, yang…
Kalau Bukan Amosi, Siapa?
1994-05-14Setelah amosi ditangkap, sejumlah tokoh lsm di medan lari ke jakarta. kepada tempo, mereka mengaku…
Orang Sipil di Dapur ABRI
1994-05-14Sejumlah pengamat seperti sjahrir dan amir santoso duduk dalam dewan sospol abri. apa tugas mereka?