Dari Angkatan Yang Luntang-lantung; Cari Kerja ?
Edisi: 49/07 / Tanggal : 1978-02-04 / Halaman : 48 / Rubrik : EB / Penulis :
PEMANDANGAN di Lapangan Sorogenen, Pekalongan, setiap hari selalu cerah. Tampak di situ segerombol orang membanting kartu. Domino atau ceki. Ada yang bertaruh uang logam. Namun lebih banyak yang cuma iseng melewatkan 'jam kerja.' Dari mulut yang iseng itulah sering bergumam, pasrah, mendendangkan lagu dang-dut ciptaan dan nyanyian Latif M :
Luntang-lantung Tak tentu tujuan Bila tak bekerja jadi pengangguran
Mereka memang luntang-lantung. Sekalipun tak sedikit yang punya ijazah. Abdulkadir, 29, bujangan kota batik itu sampai sekarang masih menganggur. Ia lulus pendidikan STM jurusan mesin sepuluh tahun lalu. Tak kurang 9 surat lamaran telah dikirimkannya ke berbagai pabrik gula. Sejak duduk sebagai siswa ia memang punya cita-cita bekerja di pabrik gula. Tapi semua surat lamarannya kembali dengan jawaban: tak ada lowongan. Dan entah sudah berapa kali lagi ijazah kejuruannya itu difotokopi untuk memenuhi syarat panggilan kerja lewat iklan surat kabar. Sampai kumel.
"Setiap hari, sampai sekarang ini, saya masih tetap menunggu surat panggilan dari salah sebuah surat larnaran yang pernah saya kirimkan," katanya. "Tapi tak satupun yang muncul walaupun saya telah mengobral fotokopi ijazah selama tujuh tahun." Sekarang? Penganggur berpendidikan kejuruan ini bersabar, sementara menunggui warung nasi keluarganya.
Lulusan Akademi Bank Nasional Jakarta, Muhbreni, 29, terjepit di stanplat Cikampek. Di kantongnya memang ada ijazah yang pernah dikejarnya setengah mati dan penuh biaya. Tapi kini, puas tak puas, kerjanya cuma tarik urat leher jadi calo pikup-colt jurusan Purwakarta. "Ketimbang nganggur," katanya. Ia ngeri kawin "dalam keadaan sekarang ini." Pernah ia ikut mendaftar sebagai pencari kerja di Kantor Resort Tenaga Kerja di daerahnya. "Tapi cuma memperoleh janji yang tak pernah terujud," keluhnya.
Menurut Kepala Kantor Resort Tenaga Kerja Karawang, Gardjito Wignjo Wardojo SH, orang semacam Muhbreni itu hanya satu di antara sekitar 39.000 penganggur yang luntang-lantung di daerahnya. Setidaknya ia satu di antara 1.010 pencari kerja yang singgah di kantor Gardjito. Sedangkan kantor penempatan tenaga itu hanya mampu menemukan sekitar 100 lowongan kerja saja. Misalnya di pabrik limun lokal.
Di ruang tunggu Kantor Wilayah Ditjen Bina Guna,…
Keywords: Abdulkadir, Muhbreni, Gardjito Wignjo Wardojo SH, Jojok Pribadi, Soedarto, I Ktut Waka, Prof. Dr. Soebroto, Prof. Sumitro Djojohadikusumo, Drs. H. Jacob Hidayat, Soejono Kasmodihardjo, 
Artikel Majalah Text Lainnya
SIDANG EDDY TANSIL: PENGAKUAN PARA SAKSI ; Peran Pengadilan
1994-05-14Eddy tansil pembobol rp 1,7 triliun uang bapindo diadili di pengadilan jakarta pusat. materi pra-peradilan,…
Seumur Hidup buat Eddy Tansil?
1994-05-14Eddy tansil, tersangka utama korupsi di bapindo, diadili di pengadilan negeri pusat. ia bakal dituntut…
Sumarlin, Imposibilitas
1994-05-14Sumarlin, ketua bpk, bakal tak dihadirkan dalam persidangan eddy tansil. tapi, ia diminta menjadi saksi…