Tapi Diharapkan Bisa Lebih Dinamis
Edisi: 06/08 / Tanggal : 1978-04-08 / Halaman : 05 / Rubrik : NAS / Penulis :
KABINET Pembangunan III untuk pertama kalinya rapat Rabu pekan ini. Banyak wajah baru yang kini mengenakan seragam menteri, di samping sejumlah wajah lama. Jumlah kursi juga bertambah dalam rapat paripurna kabinet yang untuk pertama kalinya itu. Apalagi bila Presiden Soeharto dalam waktu dekat ini berkenan mengumumkan siapa saja yang bakal terpilih sebagai Menteri Muda.
Di antara wajah-wajah baru yang masuk memang tak terlihat yang berasal dari Parpol. Kursi H. Mintareja (PPP) yang tadinya memimpin Departemen Sosial, kini beralih ke tangan Majen Sapardjo. Demikian pula Prof. Sunawar Sukawati (PDI), yang tadinya Menteri Kesra, tak lagi duduk dalam kabinet. Kedudukan Kesra itu, kini ditingkatkan bertaraf Menteri Koordinator (Menko) yang dipercayakan pada Jenderal Surono. Di zaman Kabinet Pembangunan I adalah K.H. Idham Chalik yang menjadi Menteri Negara Kesra.
Sekjen PDI Sabam Sirait beranggapan, tak diikutsertakannya unsur Parpol dalam kabinet sekarang merupakan "gejala baru dalam politik Indonesia." Seiring dengan Sabam, Amin Iskandar dari PPP mengkaitkan rak adanya orang partai dalam kabinet sebagai "refleksi dari sidang umum MPR lalu." Dalam SU MPR itu, fraksi PP memang menampakkan diri sebagai 'oposisi', baik dalam pemandangan umum maupun selama sidang dengan sikap walk-out. Seorang pimpinan Golkar membenarkan sikap itulah yang membuat PPP tak ikut masuk. Tentang PDI? "Ya mereka jadinya ikut terseret," katanya.
Pendapat begitu tak seluruhnya benar, barangkali. Sejak Kabinet Pembangunan II, sebagai pencerminan dari SU MPR 1973 yang berjalan licin, toh porsi partai berkurang. Kalau selama Kabinet Pembangunan I duduk 5 orang partai--termasuk Frans Seda dari Katolik --maka dalam kabinet berikutnya jumlahnya menyusut menjadi dua: satu PDI dan satu PPP. Adapun pertimbangan Presiden Soeharto, diambil setelah mempelajari ketetapan-ketetapan dan hasil sidang MPR 1973. Juga setelah "mengadakan pembicaraan-pembicaraan konsultatip dengan Saudara Wakil Presiden dengan Pimpinan DPR serta Wakil-wakii Partai dan Golongan Karya." Masuknya unsur partai waktu itu, menurut Presiden, dipilih dari "golongan politik yang sedapat mungkin akan terdiri dari tenaga-tenaga yang ahli (teknokrat)."
Faktor kahlian itulah yang memang ditekankan Presiden untuk memilih para pembantunya. Ia tetap menghargai beda pendapat, seperti tercermin dalam pidato ketika melantik para Menteri di Istana Negara 31 Maret lalu. "Kemampuan kita untuk tetap bersatu, meskipun telah mengalami perbedaan pandangan yang cukup tajam di antara kita, merupakan ukuran penting bagi kedewasaan kita dalam mengembangkan kehidupan demokrasi berdasarkan Pancasila dan UUD 1945," kata Presiden. Lalu menunjuk pada pembukaan UUD 45, Presiden menegaskan: "Para Menteri duduk dalam Kabinet, bukan mewakili sesuatu golongan atau secara berat sebelah mewakili kepentingan golongan yang mana pun."
Jumlah para teknokrat yang duduk dalam Kabinet Pembangunan III boleh dibilang sama banyak dengan sebelumnya. Di sana-sini terjadi pergantian…
Keywords: Presiden Soeharto, H. Mintareja, Sapardjo, Prof. Sunawar Sukawati, Surono, K.H. Idham Chalik, Sabam Sirait, H. Alamsyah, Prof. Dr. Mukti Ali, M. Jusuf, A.R. Suhud, Amirmachmud, Basuki Rachmat, 
Artikel Majalah Text Lainnya
Setelah Islam, Kini Kebangsaan
1994-05-14Icmi dikecam, maka muncul ikatan cendekiawan kebangsaan indonesia alias icki. pemrakarsanya adalah alamsjah ratuperwiranegara, yang…
Kalau Bukan Amosi, Siapa?
1994-05-14Setelah amosi ditangkap, sejumlah tokoh lsm di medan lari ke jakarta. kepada tempo, mereka mengaku…
Orang Sipil di Dapur ABRI
1994-05-14Sejumlah pengamat seperti sjahrir dan amir santoso duduk dalam dewan sospol abri. apa tugas mereka?