Orang Lama & Baru Di Bawah Widjojo

Edisi: 06/08 / Tanggal : 1978-04-08 / Halaman : 48 / Rubrik : EB / Penulis :


 

KORDINASI di antara Menteri selama ini menjadi persoalan. Khusus untuk bidang Ekuin (Ekonomi-Keuangan-lndustri), Menteri Widjojo Nitisastro sudah berpengalaman menangani soal kordinasi itu, walaupun tidak disebut sebagai Kordinator. Tapi kini dalam Kabinet Pembangunan III bobot Kordinator melekat pada Widjojo.

Sesudah dilantik kembali oleh Presiden Soeharto minggu lalu, Menteri Kordinator Ekuin ini yang merangkap Ketua Bappenas pada hakekatnya akan melanjutkan gaya dan caranya mengatur kerjasama di bidangnya. Tapi tak akan selalu sama bagi Widjojo. Karena keanggotaan timnya sedikit berobah, sedang struktur Ekuin itu sendiri pun akan disesuaikan.

Yang sama sekali tak berobah bagi Widjojo ialah Departemen Keuangan dengan Menteri Ali Wardhana dan Bank Indonesia dengan Gubernur Rachmat Saleh. Ini sangat menarik perhatian. Jauh hari sebelum Presiden mengumumkan susunan kabinetnya yang baru, desas-desus sudah santer betul tentang kemungkinan kedua pos penting itu berpindah tangan. Bahwa desas-desus itu ternyata tidak terbukti, kelanjutan kordinasi Widjojo agaknya bisa tetap diandalkan.

Jadi, apakah yang berobah? Widjojo, ketika ditanya, hanya menjawab dengan senyum. Seperti biasa, dia kelihatan optimis. Tapi berikut ini serangkaian perobahan yang menyangkut beberapa departemen yang dibawahinya:

Depertan:

Muka baru dari Universitas Gajah Mada telah diangkat menjadi Menteri Pertanian, menggantikan Thoyib Hadiwijaya, 61 tahun. Sesudah menjadi Menteri sejak 1962, Thoyib pun merasa sudah waktunya untuk exit.

Dengan Pelita I dan II, Depertan diakui telah membuat prestasi. Namun semua prestasinya menjadi tersandung gara-gara Indonesia masih harus mengimpor beras dalam jumlah yang makin bertambah setiap tahun. Tahun anggaran 1977/1978 umpamanya, sedikitnya 2,4 juta ton diimpor. Ini membuat banyak mata orang tertuju pada Thoyib, bekas guru besar Institut Pertanian Bogor. Tapi produksi beras tahun lalu yang mencapai 15,9 juta ton, menurut Thoyib, sesungguhnya sudah meningkat 37% dari sebelum Pelita I.

Kenaikan produksi beras itu jelas masih rendah dari yang diharapkan. Salah siapa? Hama wereng, kemarau dan banjir disebut pemerintah sebagai perintang. "Tidak adil jika kegagalan ini hanya ditimpakan pada Thoyib," komentar satu teknokrat yang dekat dengan Widjojo.

Sudarsono Hadisaputro, 56 tahun, juga ahli pertanian seperti Thoyib, sebagai Menteri baru akan mewarisi persoalan produksi beras ini. Prof. Sudarsono terkenal sebagai pencipta BUUD/KUD. Sebelum meninggalkan Gama menuju Jakarta, dia sudah mengingatkan dalam suatu interpiu bahwa swasemhada beras tak akan mungkin sampai 1985. Dalam hal ini ia sependapat dengan Dr. Leon Mears, ahli asing yang dipekerjakan pada Bulog. Ia menasehatkan agar swasembada ini hendaknya jangan di-target-kan pada…

Keywords: Widjojo NitisastroAli WardhanaRachmat SalehThoyib HadiwijayaSudarsono HadisaputroDr. Leon MearsMoh.SadliSubrotoSutamiPurnonomosidi HadjisarosaHarun Alrasyid ZainAbdul Rauf SuhudEmil SalimRadius Prawiro
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

S
SIDANG EDDY TANSIL: PENGAKUAN PARA SAKSI ; Peran Pengadilan
1994-05-14

Eddy tansil pembobol rp 1,7 triliun uang bapindo diadili di pengadilan jakarta pusat. materi pra-peradilan,…

S
Seumur Hidup buat Eddy Tansil?
1994-05-14

Eddy tansil, tersangka utama korupsi di bapindo, diadili di pengadilan negeri pusat. ia bakal dituntut…

S
Sumarlin, Imposibilitas
1994-05-14

Sumarlin, ketua bpk, bakal tak dihadirkan dalam persidangan eddy tansil. tapi, ia diminta menjadi saksi…