Hadiah & Pengembangan Kreativitas

Edisi: 21/08 / Tanggal : 1978-07-22 / Halaman : 58 / Rubrik : KL / Penulis : KLEDEN, IGNAS

DALAM sejarah kesenian Indonesia dapat diamati usaha-usaha yang bersifat sengaja dan strategis untuk mengembangkan, merangsang dan menggalakkan penciptaan seni. Salah satu usaha yang lebih langsung berhubung dengan tujuan merangsang kreativitas adalah tradisi pemberian hadiah bagi karya-karya terbaik. Pemberian hadiah kepada karya terbaik, khususnya dalam kesenian, nampaknya semakin dianggap penting sehingga badan kesenian tertinggi di Indonesia-Akademi Jakarta yang diketuai oleh Prof. S. Takdir Alisyahbana --diserahi salah satu tugas untuk memberikan hadiah kepada karya seni terbaik selama 1 tahun, atau selama beberapa tahun. Rendra misalnya pernah mendapat hadiah semacam itu dari Akademi yang terhormat ini.

Jauh sebelum adanya Akademi Jakarta, Kesusasteraan Indonesia yang selama tahun-tahun 1950-1960 boleh dikata di'manage' oleh H.B. Jassin, sudah sering pula mengenal tradisi hadiah bagi karya terbaik. Majalah Kisah dan Sastra yang diredaksi oleh kritikus tersebut, konon memberikan hadiah untuk cerpen, esei dan kritik yang terbaik. Belakangan majalah sastra Horison memberikan hadiah untuk cerpen, esei dan ilustrasi terbaik.

Selain majalah, ada pula lembaga kesenian yang memberikan hadiah bagi karya seni terbaik dari suatu periode tertentu. Kita kenal BMKN (Badan Musyawarah Kesenian Nasional) yang pernah memberikan hadiah untuk novel Mochtar Lubis, Jalan Tak Ada Ujung.

Dewasa ini ada FFI yang tiap tahun memberikan hadiah kepada mereka yang dianggap memperlihatkan prestasi terbaik dalam salah satu aspek pembuatan film entah penulisan skenario, penyutradaraan, acting, kamera…

Keywords: Ignas Kleden, Akademi Jakarta, Prof. S. Takdir Alisyahbana, H.B. Jassin, BMKN, Mochtar Lubis, Yayasan Buku, Putu Wijaya, Arifin C. Noor, Dr. Astrid Susanto, 

---

Foto Terkait