Bersama Rakyat, Melawan "rayap"

Edisi: 25/08 / Tanggal : 1978-08-19 / Halaman : 05 / Rubrik : NAS / Penulis :


 Perkuatlah tekad untuk memelihara dan meningkatkan kemanunggalan
ABRI dengan Rakyat, sebab di sinilah rahasia kekuatan dan
keberhasilan Bangsa kita.

- Presiden Soeharto pada serah terima jabatan Menhankam/Pangab
dan Wapangab tanggal 17 April 1978.

TIDAK saja banyak warga ABRI dan orang awam yang kaget ketika
Jenderal Jusuf ditunjuk sebagai Menhankam/Pangab akhir Maret
lalu, tapi juga kalangan politisi.

Bisa dimengerti. 14 tahun sudah dia ditugas-karyakan. Jabatan
militernya yang terakhir adalah Panglima Kodam XIV/Hasanuddin
(1960-1964), berakhir ketika ia diangkat menjadi Menteri
Perindustrian Ringan dalam Kabinet Dwikora, pada zaman Bung
Karno.

Tapi sesungguhnya Jenderal Andi Mohammad Jusuf (50 tahun), tidak
pernah berada "di luar pintu". Ia adalah salah satu dari 3 orang
perwira tinggi (bersama Amirmachmud dan almarhum Basuki Rachmat)
yang berhasil "membujuk" Bung Karno, hingga keluarlah
Supersemar. Dalam sidang MPRS tahun 1968 dan 1973 ia memainkan
peranan penting sebagai Ketua Komisi. Desember tahun lalu, ia
termasuk di antara beberapa jenderal yang ikut merumuskan
Pernyataan ABRI 15 Desember 1977.

Mengingat besarnya peranan ABRI dan pentingnya jabatan
Menhankam/Pangab dalam tata politik di negara ini, wajar kalau
banyak yang menanti apa yang akan dilakukan Pangab yang baru
ini. Tapi tiga bulan pertama dalam masa jabatannya, Jusuf belum
bersedia mengadakan pertemuan dengan pers. "Pak Jusuf lebih dulu
ingin tahu permasalahan yang dihadapinya," seorang perwira
Hankam menjelaskan.

Untuk ini ia melalukan perjalanan puluhan ribu kilometer ke
seluruh Indonesia. Ia tidak saja meninjau markas-markas Kodam
dan berbicara dengan perwira-perwira menengah ke atas.
Dikunjunginya juga markas-markas Koramil dan Kosek, berbicara
dengan tamtama dan bintara. Ditanyakannya berapa kg beras yang
mereka terima, tanggal berapa mereka menerima gaji. Ia menengok
asrama-asrama prajurit, yang bobrok, berjalan di antara comberan
yang bau, merunduk di bawah tali-tali jemuran dan berbicara
dengan para isteri prajurit tentang kehidupan mereka.

Gebrakan pertama Jusuf cukup meyakinkan. Ia mengeluarkan
keputusan yang menghapus semua bentuk pengawalan pribadi baik di
rumah maupun dalam perjalanan bagi para pejabat sipil maupun
ABRI. Yang dikecualikan hanyalah Presiden dan Wapres yang
menurut ketentuan protokol kenegaraan memang harus dikawal.
Rumah Jusuf sendiri di Jalan Teuku Umar sejak semula memang
tidak pernah dikawal.

Pengawalan pribadi yang biasanya menggunakan pasukan elite
seperti Kopassanda, Marinir, Kopasgat dan Brimob itu dianggap
Wapangab Laksamana Sudomo sebagai sesuatu yang mahal.
Pasukan-pasukan itu sebetulnya dibutuhkan untuk tugas-tugas yang
lebih besar artinya bagi keamanan Bangsa dan Negara. "Lebih baik
kita mengembangkan suatu sistim di mana pasukan bisa cepat
dikirim bila diperlukan," Jenderal Jusuf pernah menjelaskan.

Sebagai hasil peninjauannya, Menhankam menyimpulkan
kesejahteraan prajurit perlu ditingkatkan. "Bagaimanapun juga
prajurit adalah manusia yang terdiri dari jiwa, darah daging.
Mereka tidak minta jasa, bahkan…

Keywords: DwifungsiDwi FungsiDwi Fungsi ABRIDwi Fungsi TNISejarah DwifungsiSejarah TNIAbdul Haris Nasution
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

S
Setelah Islam, Kini Kebangsaan
1994-05-14

Icmi dikecam, maka muncul ikatan cendekiawan kebangsaan indonesia alias icki. pemrakarsanya adalah alamsjah ratuperwiranegara, yang…

K
Kalau Bukan Amosi, Siapa?
1994-05-14

Setelah amosi ditangkap, sejumlah tokoh lsm di medan lari ke jakarta. kepada tempo, mereka mengaku…

O
Orang Sipil di Dapur ABRI
1994-05-14

Sejumlah pengamat seperti sjahrir dan amir santoso duduk dalam dewan sospol abri. apa tugas mereka?