Mahkamah Sejarah Yang Salah Arah
Edisi: 31/08 / Tanggal : 1978-09-30 / Halaman : 14 / Rubrik : BK / Penulis :
HIKAYAT LEBAK
Oleh: Rob Nieuwenhuys
Terjemahan: Sitor Situmorang
Terbitan: Pustaka Jaya,
78 h., 21 x 14 cm Jakarta, pertengahan 1977.
DI dalam hati, bangsa Indonesia telah mendirikan sebuah tugu bagi Multatuli!
Di berbagai kota di Indonesia terdapat Jalan Multatuli angkatan laut kita punya kapal perang RI Multatuli di Bogor ada badan penerbitan "Multatuli" dllsb. Mengapa? Para patriot angkatan awal abad ke-20 mendapat ilham pertama dari pidato Max Havelaar di Lebak yang dimuat di dalam buku bacaan SLA zaman Belanda, hingga merangsang mereka membaca novel Max Havelaar keseluruhannya. Saija dan Adinda, novelet cemerlang di dalam Max Havelaar, menjadi hafalan generasi yang belajar pada SLA sampai dengan tahun 1941.
Memang Multatuli belum anti-kolonial. Itu akan mendahului zamannya! Ia hanya menjadi Prometheos yang memberikan api dari surga. Dengan api itu, yang kemudian membakar kolonialisme adalah rakyat Indonesia sendiri. Tapi jangan sekali-kali remehkan Prometheos itu !
Di dalam esai panjang ini Rob Nieuwenhuys -- yang lahir di Jawa pada tahun 1908 dari seorang ayah Belanda totok dan seorang ibu Indo -- mendirikan sebuah mahkamah sejarah, untuk menyidangkan naik banding mummi-mummi R.A.A. Kartanatanagara (bekas bupati Lebak 1856) dan Brest van Kempen (bekas residen Banten 1856). Mereka diwakili oleh hakim Rob Nieuwenhuys, yang mencoba membalikkannya menjadi suatu gugatan terhadap Eduard Douwes Dekker (bekas asisten residen Lebak 186).
Sayang sekali mahkamah sejarah ini telah salah arah mengubah pemerasan yang kongkrit, menjadi persoalan akademik yang abstrak! Hakim Nieuwenhuys mendemonstrasikan ketidak-tahuannya tentang pranata-pranata masyarakat Jawa (Sunda dan Madura) dengan menganggap kaum ningrat boleh saja bertindak sesuka hati tanpa dibatasi, dengan mengatakan bahwa perampasan kerbau itu pundutan (pungutan) menurut adat, dan bahwa Kartanatanagara seorang ningrat, serta beberapa ketidak cermatan lainnya. Jadi orang yang hanya punya seekor kerbau boleh begitu saja kerbaunya di-pundut?
Baiklah Rob Nieuwenhuys…
Keywords: S.I. Poeradisastra, Rob Nieuwenhuys, Sitor Situmorang, Pustaka Jaya, Multatuli, Max Havelaar, R.A.A. Kartanatanagara, Brest van Kempen, Eduard Douwes Dekker, Tjipto Mangoenkoesoemo, Ratu Syarifah Fatimah Khadijah, 
Artikel Majalah Text Lainnya
Tamparan untuk Pengingkar Hadis
1994-04-16Penulis: m.m. azami penerjemah: h. ali mustafa yakub jakarta: pustaka firdaus, 1994. resensi oleh: syu'bah…
Upah Buruh dan Pertumbuhan
1994-04-16Editor: chris manning dan joan hardjono. canberra: department of political and social change, australian national…
Kisah Petualangan Wartawan Perang
1994-04-16Nukilan buku "live from battlefield: from vietnam to bagdad" karya peter arnett, wartawan tv cnn.…