Percikan-percikan Persaingan
Edisi: 06/07 / Tanggal : 1977-04-09 / Halaman : 05 / Rubrik : NAS / Penulis :
BERSAING itu memang sehat. Dan di Jakarta persaingan antara kontestan pemilu itu masih dianggap "cukup baik" oleh Gubernur Ali Sadikin Akhir Maret kemarin, tak kurang dari 4 pejabat tinggi negeri ini menyampaikan penilaian mereka. Waka Bakin Ali Murtopo merasa gembira kampanye berjalan seperti sekarang. Ia menganggap wajar kalau timbul sedikit insiden. "Tapi saya yakin akan berakhir dengan baik", katanya. Secara pribadi Ali Murtopo menilai kampanye sekarang sanat bermutu.
Sebelumnya adalah Kas Kopkamtib Sudomo yang beranggapan jalannya kampanye sekarang - selain tak bermutu - tidak juga mendidik rakyat. Tapi dia tokh beranggapan "ekses-ekses yang terjadi masih dalam batas-batas yang wajar". Sudomo juga menambahkan: "Ini yang dinamakan romantika pemilu". Dan tak kurang Menhankam/Pangab Jenderal Panggabean, yang secara umum berkesimpulan pelaksanaan kampanye berjalan baik, meski diakuinya "ada percikan-percikan di sana-sini".
Apa saja percikan itu, tak diperinci. Tapi belum seminggu sebelumnya terdengar protes keras dari DPD PDI DKI. Tak kurang dari 40 warga PDI berjaket merah menyampaikan pernyataan politik ke Komdak Metro Jaya. Rupanya ada satu kasus di antara 20 kasus lainnya, yang dianggap paling berat. Awal Maret, 8 keluarga yang tinggal di gubuk-gubuk sekitar stasiun kereta-api Tanjungpriok masing-masing menerima beras 2Ih liter sebagai bantuan korban banjir Departemen Sosial, yang disampaik:m oleh Go]kar Jakarta Utara. Lalu nama nama mereka dicatat sebagai anggota Golkar.
Kamis sore 24 Maret, nama-nama yang sudah tercatat itu rupanya mengikuti kampanye PDI di lapangan bola Jl. Baru, Cilincing. Maka mereka pun dihadang 7 pemuda yang menurut pengakuan DPC Golkar Jakarta Utara adalah anggotanya. Dan malamnya, di rumah masing-masing, mereka "digarap". Dua di antaranya dikabarkan "luka berat" dan dirawat di RS Koja. Ini keterangan wakil ketua DPD PDI DKI, AP Batubara.
Pernyataan politik PDI DKI menyebut hal itu sebagai "penganiayaan berat" dan menuntut agar para pelakunya "segera diseret ke pengadilan pemilu". Dan bila hal itu terulang lagi, "PDI DKI akan menentukan sikap tegas dan tidak akan bertanggungjawab bila massa PDI Jakarta terpaksa melakukan perbuatan-perbuatan yang serupa".
Dibantah Polisi
Beberapa hari kemudian muncul bantahan Danwilko 72 Jakarta Utara Letkol Pol Kusparmono Irsan, "tak ada yang luka berat", dan "tak ada yang dirawat di RS Koja". Katanya, memang ada 3 korban yang dibawa ke rumahsakit tapi "untuk dimintakan visum et repertum"/ Tapi Kusparmono mengakui ada 4 orang pelaku yang ditahan sehubungan dengan peristiwa tersebut.
Bagi J.L.A. Siahaan, sekretaris DPC PDI Jakarta Utara, bantahan Danwilko 72 itu menimbulkan kesan seolah polisi ikut membawa korban ke RS. Sebab bantahan itu dikaitkan dengan upaya mengusahakan visum (yang hanya bisa diminta oleh polisi). "Padahal polisi baru diberitahu setelah korban berada di RS dan baru beberapa jam kemudian menangkap para pelakunya", kata Siahaan kepada Slamet…
Keywords: Ali Sadikin, Ali Murtopo, Sudomo, Jenderal Panggabean, PDI PPP, Golkar, Kusparmono Irsan, J.L.A. Siahaan, Parulian Silalahi, KH Hasyim Adnan, Chalid Mawardi, 
Artikel Majalah Text Lainnya
Setelah Islam, Kini Kebangsaan
1994-05-14Icmi dikecam, maka muncul ikatan cendekiawan kebangsaan indonesia alias icki. pemrakarsanya adalah alamsjah ratuperwiranegara, yang…
Kalau Bukan Amosi, Siapa?
1994-05-14Setelah amosi ditangkap, sejumlah tokoh lsm di medan lari ke jakarta. kepada tempo, mereka mengaku…
Orang Sipil di Dapur ABRI
1994-05-14Sejumlah pengamat seperti sjahrir dan amir santoso duduk dalam dewan sospol abri. apa tugas mereka?