Imperialisme Sabun
Edisi: 11/07 / Tanggal : 1977-05-14 / Halaman : 36 / Rubrik : KL / Penulis : WIROSARJONO, SUCIPTO
WAKTU awal tahun enampuluhan Bung Karno meneriaki imperialisme yang sekarat, rupanya ia salah lihat. Sebab sekarang mulai nampak, menggigilnya imperialisme saat itu, bukan mau mati tapi sedang tiwikromo: berobah bentuk menjadi lebih mengerikan.
Kedua lengannya memang copot kena pedang gerakan kemerdekaan nasional, tetapi segera tumbuh seribu tangan baru. Kepaianya memang retak terhimpit solidaritas internasional, tetapi kepala-kepala baru muncul, lima, seratus bahkan seribu muka menyeringai.
Kini raksasa ini mulai merayapkan kembali tangannya. Ia tidak menjual idiologi dan mengobral darah lagi, tetapi menjual sabun, obat-obatan, minuman, bier, sepeda motor, mobil, uang, komputer bahkan harapan dan impian. Ia tidak melakukan penindasan dan perampasan, tetapi menciptakan ketergantungan dan mengikat perlahan-lahan kedaulatan. Ia tidak bertahta di kemaharajaan, tetapi terbang di awanawang tanpa dangka kahyangan. Ia bisa nglurung tanpa bala (tentara), tetapi cukup dengan modal, teknologi dan kendali. Ia bisa menang tanpa ngasrake (menaklukkan) karena presiden, gubernur dan semua perangkat pemerintahan tidak perlu goyah kedudukannya karena kemenangannya. Ia punya seribu nama telapi tak satupun tepat dapat merangkum gambaran…
Keywords: Sucipto Wirosarjono, Bung Karno, Tanaka, Pangeran Bernards, Salvador Allende, Coca Cola, Aspirin, Honda, IBM, 
Artikel Majalah Text Lainnya
OPEC, Produksi dan Harga Minyak
1994-05-14Pertemuan anggota opec telah berakhir. keputusannya: memberlakukan kembali kuota produksi sebesar 24,53 juta barel per…
Kekerasan Polisi
1994-05-14Beberapa tindak kekerasan yang dilakukan anggota polisi perlu dicermati. terutama mengenai pembinaan sumber daya manusia…
Bicaralah tentang Kebenaran
1994-04-16Kasus restitusi pajak di surabaya bermula dari rasa curiga jaksa tentang suap menyuap antara hakim…