Sawito: Perjanjian Dengan Siluman

Edisi: 24/07 / Tanggal : 1977-08-13 / Halaman : 05 / Rubrik : NAS / Penulis :


RADEN Sawito Kartowibowo, 45 tahun, tertuduh dalam perkara gerakan Sawito" yang terkenal itu, bergaji Rp 5.000 sebulan. Itu menurut keluarganya, yang tinggal di tempat kediamannya di Jl. Tampomas, Bogor. Sawito pegawai golongan III-C Departemen Pertanian yang sekarang sudah dibebastugaskan. Juga isterinya, Nuning Nugrahaningsih, 34 tahun, sudah diberhentikan dari tempatnya mengajar di Perguruan Kolik Regina Pacis, Bogor. Wanita ini sekarang lebih sering tinggal di tempat keluarga di Tebet Barat atau Mampang Prapatan, Jakarta.

Di Rumah Tahanan Militer, menunggu persidangan yang rencananya dimulai pertengahan Agustus ini, Sawito tampak agak kurusan. Sudah beberapa bulan ia dipindah dari ruang tahanan VIP ke ruang biasa. "Tapi ketika masih di VIP dulu toh kasur, selimut, harus bawa sendiri," kata seorang pemuda keluarga Nuning, yang minggu lalu ditemui TEMPO di Bogor. Apakah Sawito tetap merasa dirinya sebagai Ratu Adil?

Ya. Ia merasa berhak atas warisan tahta kerajaan Majapahit. Bahkan merasa ditugasi "membuka jalan baru bagi Nusantara" - juga seluruh jagad raya. Ia telah "dinobatkan" sebagai Ratu Adil setelah sebelumnya melakukan lelono broto ke beberapa gunung dan tempat-tempat keramat di Pulau Jawa menemui "penguasa Kahyangan" dan arwah raja-raja Majapahit. Dan setelah itu juga "bertamu ke Situ Panjalu istana Prabu Banjaransari alias Sang Hyang Prabu Cakradewa, raja Galuh pertama yang konon cucu Prabu Jayabaya dari Kediri di abad XII.

Bagi orang luar, kisah seperti itu memang musykil. Apalagi upacara "penobatan sebagai Ratu Adil" di rumah Mr. Sudjono, 73 (bekas Dubes di Swedia) di Ciawi, 12 km dari Bogor. Upacara pertama hari Minggu pagi 10 September 1972. Yang kedua Sabtu malam 16 September 1972. Maka inilah hanya serangkaian cerita, yang memang boleh membawa anda ke alam "lain".

Upacara itu seolah reuni raja-raja Jawa yang akan menyerahkan mahkota dan tahta kerajaan Majapahit kepada Sawito, yang dipercaya sebagai salah seorang keturunan mereka. Ada R.M. Trisirah almarhum, mertua Sawito (66 tahun) sebagai Raden Wijaya alias Prabu Brawijaya I - raja Majapahit pertama sedang isterinya sebagai permaisuri.

Ada pula Albert van Gennep (76), orang Belanda, sebagai Brawijaya II dan isterinya, Francien (51) sebagai Tribuwana Tungga Dewi yang kemudian naik tahta sebagai Brawijaya III. Adapun Brawijaya IV adalah Prof Suyono Hadinoto bekas dubes di Argentina. Tapi juga hadir "arwah" Amangkurat - salah seorang dari raja Mataram II yang dianggap menitis pada diri R. Said Sukanto, bekas Kapolri. Lalu siapa Brawijaya V, raja terakhir Majapahit? Tak lain Sudjono sendiri, tuan rumah. Itu seml disetujui mereka sendiri. Prof. Suyono misalnya mengaku: puluhan tahun yang lalu ia menerima "berita gaib" di Yogya bahwa Erlangga, tapi sekaligus juga Hayam Wuruk alias Brawijaya IV, menitis dalam tubuhnya. Sedang Sudjono selama tiga malam bermimpi dinobatkan sebagai Brawijaya V di Mojowarno, ibukota Majapahit. Ia merasa dirinya titisan Wikramawardhana (1389-1429).

Untuk meyakinkan dirinya ia membuka-buka buku sejarah. Tapi malah Sawito dan isterinya yang meyakinkannya Maka tenteramlah ia. Beberapa jam sesudah "penobatan" ia bertambah yakin pula, ketika mendapat "wangsit" bahwa yang menjadi raja adalah tiisan Raden Bondan Kejawen alias Lembu Peteng, anak Brawijaya V. Tahulah ia kemudian, mengapa dalam penobatan itu ia begitu terharu: karena yang dinob atkan adalah anaknya sendiri, walaupun "anak spirituil", yakni Sawito.

Adapun van Gennep, yang lahir 1901 di Yogya, sejak kecil konon mampu melihat yang gaib-gaib. Ia seperguruan dengan Sukanto, pimpinan Orhiba, dalam perkumpulan kebatinan Divine Life Society di Jakarta. Ia pernah mendapat "wangsit" bahwa dalam salah satu inkarnasi di masa lampau ia menjadi Brawijaya II. Tapi di zaman Orla, "sang Prabu" sempat ditahan di Glodog dan Gang Tengah selama sembilan bulan.

Untung ia percaya penahanan itu merupakan berulangnya karma. Katanya, dulu kemenakan Brawijaya II yang bernama Tanca pernah gagal merebut kekuasaan dengan mencoba membunuh sang Prabu. Ia dicincang oleh Gajah Mada.…

Keywords: KebatinanRaden Sawito KartowibowoRatu AdilLelono BrotoLakon SawitoSang Hyang Prabu CakradewaR.M. TrisirahRaden WijayaPrabu Brawijaya I
Rp. 15.000

Foto Terkait


Artikel Majalah Text Lainnya

S
Setelah Islam, Kini Kebangsaan
1994-05-14

Icmi dikecam, maka muncul ikatan cendekiawan kebangsaan indonesia alias icki. pemrakarsanya adalah alamsjah ratuperwiranegara, yang…

K
Kalau Bukan Amosi, Siapa?
1994-05-14

Setelah amosi ditangkap, sejumlah tokoh lsm di medan lari ke jakarta. kepada tempo, mereka mengaku…

O
Orang Sipil di Dapur ABRI
1994-05-14

Sejumlah pengamat seperti sjahrir dan amir santoso duduk dalam dewan sospol abri. apa tugas mereka?