Buku, Juga Novel, Belum Mati, ...

Edisi: 29/07 / Tanggal : 1977-09-17 / Halaman : 47 / Rubrik : BK / Penulis :


TOKO buku di daerah pasar itu penuh pembeli Mereka membalik-balik dan merengut-rengut di hadapan barisan buku komik untuk anak-anak sampai dengan buku seperti Perubahan-Perubahan Struktur Dalam Masyarakat Jawa karya D.H. Burger. Deretan itu panjang. Belum lagi novel, dengan sampul yang merayu - semuanya dalam bahasa Indonesia, baik terjemahan atau pun asli. Dan seorang gadis remaja bertanya kepada penjaga: "Ada Raumanen?" la menanyakan novel Marianne Katoppo. "Ada Pada Sebuah Kapal?" yang lain menanyakan novel Nh. Dini . . . 

Adegan itu bukan cuma khayalan. Itu benar terjadi di tahun ini di Jakarta, Indonesia - sebuah negeri di mana "novel sudah mati, alhamdulillah," begitu ejek Paul Theroux, seorang novelis Amerika yang pernah berkunjung ke mari lima tahun yang lalu. Maka boleh bersukurlah para pencinta bacaan dan kecerdasan: jika ada kemajuan yang jelas nampak di Indonesia selama beberapa tahun mutakhir ini, salah satu di antaranya adalah di bidang penerbitan buku. Juga: bertambahnya orang membaca novel. 

Memang, orang masih perlu berhati-hati untuk berteriak gembira. Cuaca perdagangan belum pasti cerah. Penerbit Gunung Agung, yang dulu termashur oleh buku-bukunya yang terpilih, kini cuma menganggap buku sebagai sebagian kecil usaha. Gunung Agung nyambi jadi agen rokok Dunhill, TV Color Crown serta agen tinta cetak. Gedung tiga-lantainya yang dulu penuh buku, kini cuma tinggal satu lantai yang terisi bahan bacaan. "Untuk sementara kita jadi paviliyun buku saja dulu," kata Mas Agung, Direktur Utamanya setelah 25 tahun makan getah buku dan sering jadi pelopor penerbitan bermutu. Ia juga berbicara tentang kebijaksanaan pemerintah yang sejak 1973 untuk impor kertas: para importir disuruh menggendong bea masuk plus pungutan lainnya yang cukup tinggi. "Ada kesan seolah kertas termasuk barang mewah," keluh Mas Agung. 

Tapi kendati udara perdagangan cukup buruk, beberapa buah penerbit yang termasuk mapan mencatat angka-angka yang membiak. Nyonya Roswita Pamoentjak, direktris penerbit Djambatan, yang menerbitkan rata-rata 50 judul setiap tahun (kurang lebih 380 ribu buku) mengaku tahun 1976 kemarin tidaklah sesedih 10 tahun yang lalu. Baik jumlah judul atau jumlah oplah bertambah mendingan. 

Hal ini disangkakannya lantaran keadaan ekonomi…

Keywords: Toko BukuPenerbit BukuPaul TherouxPenerbit Gunung AgungRoswita PamoentjakAdisubrataPenerbit GramediaPancar KumalaSastra Kumala
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

T
Tamparan untuk Pengingkar Hadis
1994-04-16

Penulis: m.m. azami penerjemah: h. ali mustafa yakub jakarta: pustaka firdaus, 1994. resensi oleh: syu'bah…

U
Upah Buruh dan Pertumbuhan
1994-04-16

Editor: chris manning dan joan hardjono. canberra: department of political and social change, australian national…

K
Kisah Petualangan Wartawan Perang
1994-04-16

Nukilan buku "live from battlefield: from vietnam to bagdad" karya peter arnett, wartawan tv cnn.…