10.000 Tahanan Dibebaskan; Selamat Datang, 10.000

Edisi: 43/07 / Tanggal : 1977-12-24 / Halaman : 05 / Rubrik : NAS / Penulis :


DI ujung Timur Indonesia, dua kapal jenis LST akan berada di tengah laut lepas pekan ini. Berlayar antara P. Buru dan Surabaya, isinya 1.500 tahanan G-30-S. Mereka telah dibebaskan. Mereka menuju Jawa.

Di ujung Barat Indonesia, hari Selasa yang sauna ketika kapal itu bertolak, suatu upacara pembebasan berlangsung pula. Kaskopkamtib Sudomo, disaksikan oleh sejumlah dutabesar asing dan wartawan yang datang di Tanjung Kasau, Asahan menyambut kira-kira 500 tahanan yang dilepas di Sumatera Utara.

Serentak dengan itu di seluruh Indonesia sejumlah besar tahanan pun dikeluarkan dari kurungan mereka yang lama setelah rata-rata 10 tahun. Di Sumatera ada 2.968 orang, di Kalimantan 2 177, Sulawesi 1615, Jawa 904, Maluku 513, Nusa Tenggara 299 dan Irian Jaya 24.

20 Desember mungkin akan tercatat sebagai hari paling spektakuler untuk urusan ini. Jumlah 10.000 adalah angka tertinggi yang pernah sekaligus dibebaskan selama ini, bagi tahanan yang disebut sebagai "golongan B". Setahun yang silarn, menurut keterangan resmi, hanya 2.500 yang dilepas. Di tahun 1975 lebih sedikit lagi: 1309. Kini sisa tahanan G-30-S tinggal 19.791. 
Statistik, dalam perkara ini, meman suatu soal yang perlu direpotkan. Di luar negeri, lewat siaran gerakan Amnesti Internasional, Indonesia dituduh sebagai negeri yang punya "tahanan politik" berjumlah terbesar di dunia. Dalam taksiran Amnesti Internasional sampai pertengahan tahun ini, banyaknya orang yang ditahan tanpa proses pengadilan di Indonesia mungkin mencapai 100.000.

Tak jelas bagaimana Amnesti menemukan angka gajah itu. Barangkali, untuk dapat dukungan luas pendapat umum, jumlah itu telah mereka dramatiskan. Dalam kenyataan, mengumpulkan statistik tahanan G-30-S sama sekali tidak mudah. Bekas Jaksa Agung Sugih Arto pernah dikutip mengatakan, kepada para wartawan asing di Jakarta, September 1971: "Mustahil untuk menyebut berapa persisnya jumlah tahanan politik. Angka itu mengapung, seperti kurs yen terhadap dolar".

Tapi kurs yen pun sewaktu-waktu dapat diukur, dan demikian jumlah tahanan. Apalagi, seperti dikatakan Presiden Soeharto, masalah tahanan adalah "salah satu masalah nasional". Untuk penyelesaiannya, suatu angka yang akurat harus ada. Untunglah akhirnya pemerintah berhasil menyatakan secara pasti bahwa jumlah itu ada sekitar 30.000 -- setelah di antara 1971-1972 lebih dari 500.000 tahanan "golongan C" dibebaskan. Betapapun sulitnya mengetahui angka-angka tahanan yang ada pada pelbagai penguasa lokal di seluruh Indonesia, kini satu patokan tentang besarnya masalah nampaknya telah dapat dijadikan pegangan. 
Kemudian soalnya ialah apa yang bisa dilakukan dengan sisa-dari yang sekitar 30.000 itu. Menurut siaran pers Kopkamtib 17 Desember yang lalu. 10.000 orang lagi akan dibebaskan tahun depan. Sisanya akan dilepas tahun 1979.

Agak lanjut ialah keterangan Let.Kol. Marsigit dari G-S (Teritorial) Hankam kepada TEMPO dalam perjalanan untuk upacara pembebasan di P.Buru akhir pekan lalu. Menurut Let.Kol. Marsigit sisa tahanan yang ada terdiri dari "golongan "A", "B" dan "Y", tahanan baru yang belum diklasifikasikan. Dari "golongan A" - sekitar 1600 - ada yang akan dimajukan ke pengadilan. Diharap akhir 1978 proses pengadilan itu bisa selesai. Yang tak memenuhi syarat untuk ke pengadilan, akan "diturunkan ke klasifikasi B", kata Marsigit pula.

Dengan penjelasan semacam itu buat pertama kalinya tampak secara lebih jelas bagi masyarakat Indonesia dan luar negeri, jalan apa yang akan ditempuh Pemerintah untuk penyelesaian soal tahanan ini. Dan terutama bagi para tahanan sendiri serta keluarga mereka. Bagi mereka ini, istilah "penyelesaian" selama bertahun-tahun sering mereka dengar - tapi artinya bisa macam-macam. "Penyelesaian," kata seorang bekas tahanan, "bisa berarti dibebaskan atau cuma dipindah ke tempat lain." 

Pemerintah, khususnya yang mengurusi bidang keamanan. nampaknya memang harus mencoba "penyelesaian" yang macam-macam itu terlebih dulu. Ada kekhawatiran yang kuat dan meluas bahwa bila penyelesaian itu berarti pembebasan risiko keamanan terlampau berat. Jika para tahanan "golongan B" dibebaskan begitu saja jauh-jauh hari dulu, karena tak…

Keywords: Di ujung Timur IndonesiaKaskopkamtib SudomoLet.Kol. MarsigitCamat Balikpapan TimurLEKRADodong DjiwapradjaSitor SitumorangKabupaten Tanah KaroAmbarawang LautSutardjo SurjogaritnoNusa KambanganYusuf Hasyim
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

S
Setelah Islam, Kini Kebangsaan
1994-05-14

Icmi dikecam, maka muncul ikatan cendekiawan kebangsaan indonesia alias icki. pemrakarsanya adalah alamsjah ratuperwiranegara, yang…

K
Kalau Bukan Amosi, Siapa?
1994-05-14

Setelah amosi ditangkap, sejumlah tokoh lsm di medan lari ke jakarta. kepada tempo, mereka mengaku…

O
Orang Sipil di Dapur ABRI
1994-05-14

Sejumlah pengamat seperti sjahrir dan amir santoso duduk dalam dewan sospol abri. apa tugas mereka?