Mereka Tak Mau Memilih Bupati
Edisi: 18/34 / Tanggal : 2005-07-03 / Halaman : 46 / Rubrik : NAS / Penulis : RULIANTO, AGUNG ; SUNUDYANTORO; TAUFIQ, ROHMAN
KESIBUKAN di Kota Ponorogo, Jawa Timur, berjalan seperti lazimnya. Padahal hari itu, Senin pekan lalu, ada hajatan besar di kota reog ini. Tetapi sebagian warga seolah tak peduli dengan pemilihan kepala daerah yang sedang berlangsung.
Nuraini, misalnya. Penduduk Banyudono, Kecamatan Ponorogo, itu memilih seharian nyanggong di kios koran miliknya. Baginya, mencari duit lebih penting daripada menghabiskan waktu di tempat pemungutan suara. Itu baru satu alasan. Alasan utama, dia merasa dilecehkan oleh salah satu pasangan calon. "Masa, waktu kami ke TPS (tempat pemungutan suara) hanya dihargai Rp 3.000," katanya.
Nuraini pun mulai bercerita. Seminggu sebelum coblosan, seseorang yang mengaku anggota tim sukses salah satu pasangan mendata hampir semua warga Banyudono. Selain menyalin data dari kartu tanda penduduk, tim sukses itu menyodorkan selembar kertas untuk diteken warga. Isinya, janji memilih calon tertentu dengan imbalan Rp 50 ribu. Pikir Nuraini, lumayan uang itu bisa mengganti setidaknya tiga hari kerja.…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
Setelah Islam, Kini Kebangsaan
1994-05-14Icmi dikecam, maka muncul ikatan cendekiawan kebangsaan indonesia alias icki. pemrakarsanya adalah alamsjah ratuperwiranegara, yang…
Kalau Bukan Amosi, Siapa?
1994-05-14Setelah amosi ditangkap, sejumlah tokoh lsm di medan lari ke jakarta. kepada tempo, mereka mengaku…
Orang Sipil di Dapur ABRI
1994-05-14Sejumlah pengamat seperti sjahrir dan amir santoso duduk dalam dewan sospol abri. apa tugas mereka?