Parade Nestapa Penghasil Devisa
Edisi: 22/34 / Tanggal : 2005-07-31 / Halaman : 32 / Rubrik : NAS / Penulis : Suseno
SURAT lusuh itu tintanya mulai memudar. Deretan kalimat yang ditulis dengan tangan semakin sulit dibaca. Enam tahun sudah Sutirah, pemilik nawala itu, menyimpan gulungan kertas tersebut. Setiap kali kerinduan kepada Eri Supriyani, anaknya, mendera, surat itu dibacanya kembali. Berulang-ulang. Bagi warga Desa Kutisari, Baturraden, Banyumas, Jawa Tengah, surat terakhir itu menjadi satu-satunya obat kangen kepada sang putri.
Sejak 2 Oktober 1999, Eri Supriyani meninggalkan kampung halaman mengadu nasib menjadi tenaga kerja Indonesia (TKI). Tidak jelas negara mana yang dituju anaknya. Sutirah hanya mengingat surat terakhir itu dikirim Eri Supriyani dari sebuah tempat penampungan TKI di Jalan Bandar Laguna F-10, Tangerang, Banten. âSelama tiga bulan (di penampungan), dia menulis surat lima kali kepada saya,â kata Sutirah kepada Tempo. Eri dikabarkan merantau ke Malaysia. Setelah itu tidak ada kabar lagi.
Menurut Sutirah, usia Eri baru 14 tahun ketika memutuskan berangkat menjadi TKI. Sekolah di SMP PGRI Baturraden pun tidak diselesaikannya. Agar bisa ikut âproyekâ kerja di luar negeri itu, tahun kelahiran Eri dimundurkan supaya dapat memperoleh KTP. âAgar bisa berangkat (menjadi TKI). Saya merasa bersalah,â katanya.
Upaya mencari buah terkasih bukannya tidak dilakukan Sutirah dan Ahmad Rakum, suaminya. Pasangan ini berkali-kali mendatangi Kantor Dinas Tenaga Kerja Banyumas dan PT Amira Prima, penampung TKI. Mereka juga…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
Setelah Islam, Kini Kebangsaan
1994-05-14Icmi dikecam, maka muncul ikatan cendekiawan kebangsaan indonesia alias icki. pemrakarsanya adalah alamsjah ratuperwiranegara, yang…
Kalau Bukan Amosi, Siapa?
1994-05-14Setelah amosi ditangkap, sejumlah tokoh lsm di medan lari ke jakarta. kepada tempo, mereka mengaku…
Orang Sipil di Dapur ABRI
1994-05-14Sejumlah pengamat seperti sjahrir dan amir santoso duduk dalam dewan sospol abri. apa tugas mereka?