Perempuan Simbol Ketertindasan

Edisi: 23/34 / Tanggal : 2005-08-07 / Halaman : 80 / Rubrik : DMS / Penulis : Prabawati, Debbie


ANDAI Benigno Aquino tak terbunuh, mungkin Filipina tidak akan mengalami revolusi yang mengantarkan seorang perempuan sebagai pemimpin mereka. Peristiwa EDSA I (Epifanio de los Santos Avenue) menandai runtuhnya rezim Marcos, yang menghadapi tuduhan kriminal sejak berkuasa selama kurang-lebih 14 tahun. Corazon "Cory" Aquino hadir menjadi simbol perjuangan tanpa kekerasan.

Lima belas tahun berikutnya, Gloria Macapagal-Arroyo melewati proses yang hampir sama dengan yang dilakukan Cory Aquino. Peristiwa EDSA II terulang karena rezim Joseph "Erap" Estrada dituduh korup dan membuat terpuruk perekonomian Filipina. Secara simbolis pula hal ini menandai runtuhnya dominasi kekuasaan laki-laki terhadap perempuan.

Seperti halnya di negara-negara Asia lainnya, kedudukan perempuan di Filipina berada di bawah dominasi laki-laki dengan sistem patriarkal. Namun, dibandingkan dengan perempuan negara Asia lainnya, perempuan Filipina memperoleh hak politik lebih awal dengan diizinkannya perempuan ikut memilih dan dipilih dalam…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

I
Ibarat Menunggu Godot
2005-07-24

Pemilihan langsung kepala daerah (pilkada) ditunggu banyak orang dengan antusiasme tinggi. ada harapan bahwa pilkada…

D
Dua Wajah dalam Pilkada
2005-07-24

Pemilihan kepala daerah diharapkan dapat memperbaiki representasi politik rakyat. faktanya, pemilihan itu tak mencerminkan keinginan…

P
Pilkada: Kegagalan 'Crafting Democracy'
2005-07-24

Sejak 1999 dan menjelang sidang tahunan mpr 2000, cetro (centre for electoral reform), yang didukung…