Sesulit Mencari Ketiak Ular

Edisi: 22/35 / Tanggal : 2006-07-30 / Halaman : 46 / Rubrik : NAS / Penulis : Meuko, Nurlis E. , Samosir, Jupernalis ,

Dua kelompok nelayan di Bengkalis masih terus bermusuhan. Alat penangkap ikan modern jadi pemicu.

KERAMAHAN warga Dusun Kembar lenyap bak ditelan ombak. Biasanya orang-orang yang tinggal di Desa Teluk Pambang, Kecamatan Bantan, Kabupaten Bengkalis, Riau, ini murah senyum. Tapi kali ini wajah mereka masam. Warga menatap penuh selidik setiap pendatang, lalu memeriksanya. Wartawan Tempo, yang berkunjung ke kampung berpenduduk 1.560 orang ini dua pekan lalu, juga sempat digeledah.

Pintu masuk Pulau Bantan--berjarak 135 kilometer dari Bengkalis-- dipenuhi sejumlah orang yang menenteng pentungan dan parang panjang. Selain Desa Teluk Pambang, ada delapan desa lain di pulau ini. Suasananya terasa sunyi. Tak ada keriuhan bocah main petak umpet. Pintu rumah penduduk semuanya tertutup rapat. Warga bergerombol di beberapa tempat.

Perahu bermotor yang mereka sebut pompong berjajar di sepanjang pantai. Jaring pancing rawai tersusun rapi di dalam perahu berukuran 4,5 x 2 meter itu. Warga tidak melaut. "Kami sedang berjaga-jaga. Warga takut ada penyerangan," kata Ishak, 49 tahun, Ketua Rukun Warga Dusun Kembar Teluk Pambang, Bantan.

Nun di seberang Pulau Bantan, ada pulau lain yang berjarak tiga jam perjalanan naik perahu motor (pompong) dari Bengkalis. Inilah Pulau Rangsang, yang kebetulan juga jadi nama kecamatan. Dari Rangsang ke Bantan berjarak sekitar enam jam perjalanan perahu motor. Suasana di pulau ini sama dengan di Bantan. Orang di sana, yang sering disebut "nelayan jaring batu", juga menganggur. Tiga puluh kapal bermotor terlihat berjejer menganggur di tepi pantai. "Kami takut diserang nelayan Bantan," kata Azis Arika, warga Tanah Merah Rangsang Barat, Rangsang.…

Keywords: -

---

Foto Terkait