Perawat Hikayat Di Aceh

Edisi: 22/35 / Tanggal : 2006-07-30 / Halaman : 59 / Rubrik : IQR / Penulis : , ,


ACEH kehilangan seorang juru bicara. Indonesia kehilangan seorang seniman. Teungku Adnan PMTOH, juru bicara seni bertutur yang terkemuka di Aceh, baru saja wafat pada usia 75 tahun, awal Juli ini. Ia adalah seseorang yang tak kunjung berhenti menghidupkan seni bertutur yang terasa semakin terpinggirkan ini. Wafatnya PMTOH meninggalkan sejumlah kecemasan. Tak ada ahli waris bakat bersyair, berdendang, dan berhikayat yang seperti dia. Regenerasi seni bertutur ini berjalan amat lambat.

Siapa saja yang masih melanjutkan tradisi berhikayat ini? Mengapa tak ada lagi komunitas tukang obat keliling yang pada 1970-an berperan penting mempopulerkan hikayat lama Aceh? Tempo menuliskannya untuk Anda.

IA seorang juru bicara, seorang "penyihir", seorang seniman yang tubuhnya begitu liat meliuk memberikan pesona seni peran. Pada suatu hari, dalam Hikayat Malem Diwa, dia berubah peran dengan begitu cepat dan sigap. Dengan cepat ia menekuk-nekuk mimik wajahnya. Pada lima detik pertama ia mengekspresikan wajah genit. Matanya berkedip-kedip. Ia mengenakan sepotong selendang, sebuah wig, dan saat itu Teungku Adnan PMTOH menjelma menjadi Putri Bungsu, putri jelita dari kahyangan.

Tapi pada lima detik berikutnya, ia telah berganti peran: seorang pemuda gagah yang siap bertempur demi memperebutkan Putri Bungsu. Topi baja tiba-tiba sudah ada di kepalanya. Sepotong pedang ia hunus, sementara mulutnya terus saja menderu menuturkan kisah pemuda bernama Malem Diwa. Pemuda itu tak peduli harus berangkat ke negeri atas awan untuk menemui kekasihnya.

Pelbagai karakter dengan cepat hinggap di tubuh dan mulut Teungku Adnan. Ia menjadi apa saja: hulubalang dari kahyangan, laskar Aceh, lalu berubah jadi nenek penjaga sungai, atau seorang anak yang merindukan sang ibu, atau pemuda yang mencuri baju seorang putri yang tengah mandi--mirip cerita Jaka Tarub di Jawa.

Pergantian karakter dalam Hikayat Malem Diwa yang ia tuturkan itu berlangsung gegas dan halus. Liat seperti karet. Seraya bernyanyi, ia memakai pakaian pangeran yang diambilnya dari peti properti. Suara dan aktingnya pun lebur jadi pangeran. Ia meniru beragam suara. Tak jarang pula ia bersyair.

Inilah gaya Teungku Adnan PMTOH ketika sedang berhikayat. Ia tengah menghidupkan Hikayat Malem Diwa, sebuah kisah dari masa sebelum Islam masuk ke Aceh. Kisah panjang pangeran Malem Diwa yang bertempur melawan pasukan Raja Antara dari kahyangan, yang berpuluh-puluh tahun diceritakan secara monoton, ia sulap menjadi "teater tunggal" yang memikat. Perang yang sebenarnya bersenjatakan ilmu batin itu dikemasnya bak perang modern: ada kapal perang, pesawat pengebom, suara meriam, prajurit, dan jenderal.

Enak saja ia mengambil sebuah gayung, lalu memutar-mutarnya. Suara menderu segera saja memberi imajinasi kepada penonton: gayung itu bak pesawat helikopter. Pada saat yang lain ia memakai rambut palsu, kacamata, mengambil hidung badutnya dan membunyikan bagai sebuah klakson bus yang sudah sangat dikenal masyarakat Aceh: bus PMTOH.

Penonton pun terkesima. Hikayat yang dituturkan dalam bahasa Aceh, Gayo, atau Aneuk Jame itu mampu menyihir penonton bermalam-malam. Hikayat Malem Diwa, misalnya, biasa dipentaskan tujuh malam berturut-turut. Pada setiap malamnya, pertunjukan berlangsung selama empat…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

D
Dan Sang Guru Berkata...
2004-04-18

Novel filsafat sophie's world menjadi sebuah jendela bagi dunia untuk melihat dunia imajinasi dan edukasi…

E
Enigma dalam Keluarga Glass
2010-04-11

Sesungguhnya, rangkaian cerita tentang keluarga glass adalah karya j.d. salinger yang paling superior.

T
Tapol 007: Cerita tentang Seorang Kawan
2006-05-14

pramoedya ananta toer pergi di usia 81 tahun. kita sering mendengar hidupnya yang seperti epos.…