REPOLITISASI RAKYAT UNTUK KEPENTINGAN LOKAL

Edisi: 42/33 / Tanggal : 2004-12-19 / Halaman : 84 / Rubrik : DMS / Penulis : Wijaya, Agung , ,

Rakyat makin kecewa. Banyak orang kembali merindukan Ratu Adil, bahkan merindukan rezim Soeharto.

DARI sisi pengertian, reformasi hanyalah perubahan bentuk. Lengsernya rezim Soeharto sempat membersitkan harapan, ruang demokrasi akan terbuka lebar. Tapi, bersamaan dengan itu, usaha-usaha demokratisasi justru banyak dibajak oleh para elite dengan mengabaikan keterlibatan gerakan demokrasi yang berorientasi kemasyarakatan. Masyarakat bisa melihat bagaimana selama enam tahun belakangan ini korupsi yang dilakukan oleh para politisi meningkat sangat tajam, dan desentralisasi dalam banyak hal justru melahirkan pemerintahan penguasa lokal yang korup.

Hasil riset Demos menyimpulkan, gerakan prodemokrasi tidak hanya telah dikesampingkan oleh arus utama elite politik. Ia juga merefleksikan politik massa mengambang Soeharto, ketika elite politik tetap terpecah-belah, terorganisasi secara buruk, dan terisolasi dari masyarakat. Secara perlahan rakyat makin kecewa akan demokrasi, bahkan sebagian menganggap demokrasi telah menjadi hal tak masuk akal. Banyak orang berpaling pada idiom-idiom "ratu adil" dan "satria piningit" untuk mencari sosok pemimpin yang kuat, serta melihat rezim Soeharto di masa lalu dengan penuh simpati dan kerinduan.

Untuk melawan perspektif itu, juga untuk menghadapi kemerosotan kepercayaan terhadap demokrasi, Demos melalui hasil riset ini menunjukkan pentingnya melakukan repolitisasi rakyat guna mengubah hubungan kekuasaan. Selain itu, harus ada pembangunan politik masyarakat umum terhadap demokratisasi yang didasarkan atas hubungan yang telah ditingkatkan antara aksi sipil dan politik.

Sebagaimana refleksi Direktur Yayasan Citra Mandiri, Kortanius Sabeleakek, setidaknya perlu ada repolitisasi rakyat untuk masuk ke ruang-ruang representasi itu. "Secara sadar kami di Citra Mandiri memang ingin menempuh…

Keywords: -

---

Foto Terkait