Lompatan Si Kijang Kencana

Edisi: 41/34 / Tanggal : 2005-12-11 / Halaman : 60 / Rubrik : SOS / Penulis : Wiyana, Dwi , ,

TANGGUNG jawab saya lebih berat dibanding tahun-tahun kemarin. Saya harus lebih berhati-hati, ora grusa-grusu (tergesa-gesa, kurang perhitungan).” Itulah komitmen yang dipegang penari kawakan, Retno Maruti, setelah mendapat Penghargaan Akademi Jakarta 2005 beberapa waktu lalu. Perempuan 57 tahun ini tak mau jumawa dan besar kepala. Padahal, penghargaan itu sangat bernilai karena diberikan oleh lembaga kesenian yang disegani.

Akademi Jakarta didirikan bersamaan dengan Dewan Kesenian Jakarta pada 1968. Selain memberikan penghargaan seni, lembaga yang berkantor di Galeri Cipta 2, Taman Ismail Marzuki, Jakarta, ini juga bertugas memilih anggota DKJ. Akademi Jakarta kini beranggotakan 27 tokoh yang bertugas selama seumur hidup. Mereka antara lain Ajip Rosidi, Goenawan Mohamad, W.S. Rendra, Sitor Situmorang, dan Taufik Abdullah.

Retno Maruti adalah orang keenam penerima penghargaan Akademi Jakarta.

Penerima sebelumnya adalah Rendra, Zaini, G. Sidharta Soegijo, Nano S., dan Gusmiati Suid. Tahun ini, Retno menyisihkan lebih dari 70 kandidat lain yang diajukan para nominator dari seluruh Indonesia. Penghargaan diberikan kepada kandidat yang memiliki tiga kualifikasi menonjol dan membentuk paduan yang unik. Ia mesti memiliki daya cipta tinggi, mendalami dan mengungkapkan seni tradisi dengan suatu kedalaman rasa, serta mencetak himpunan seniman-seniwati muda yang mempunyai apresiasi tinggi dan penguasaan atas khazanah seni klasik.

Rupanya Retno memenuhi kriteria itu. Penghargaan terhadap penari Jawa klasik ini diberikan di Teater Kecil, Taman Ismail Marzuki, bertepatan dengan Hari Pahlawan, 10 November. ”Saya berterima kasih karena Akademi Jakarta berkenan mengalungkan sampur (selendang untuk menari) pada saya. Sampur itu pula yang…

Keywords: -

---

Foto Terkait