Skenario Untuk Wedhus Gembel

Edisi: 09/35 / Tanggal : 2006-04-30 / Halaman : 38 / Rubrik : NAS / Penulis : Amin, Syaiful, Syahirul, Anas , Rosyid, Imron

MAKAM di pojok kampung itu bisu seperti biasa. Juga di hari itu, Kamis Pahing. Kompleks pekuburan itu tak seberapa luas, tapi selalu disakralkan oleh penduduk Dusun Stabelan, Desa Tlogolele, Kabupaten Boyolali. Orang-orang gunung itu datang untuk membersihkan makam leluhur setelah kampung mereka digoyang gempa pagi hari itu. Sebuah rumah rusak gara-gara gempa kecil itu.

Tlogolele, kampung yang cuma berjarak empat kilometer dari puncak Merapi, diselimuti rasa cemas. Orang-orang tua di kampung itu percaya Merapi sedang marah. "Sudah lama Mbah Buyut tidak hajatan," kata Kirman, kepala dusun, Kamis pekan lalu. Warga setempat menyebut gunung berapi itu dengan julukan Mbah Buyut, sedangkan hajatan maksudnya meletus.

Nah, untuk menenteramkan Mbah Buyut, mereka membuat upacara Sega Gunung yang digelar esok harinya dan berziarah. Selamatan dengan menghidangkan nasi jagung dan lauk-pauk sekadarnya itu dibuat untuk Mbah Petruk, makhluk halus penjaga Merapi.

Dalam dua pekan ini, kampung-kampung di kaki Merapi mulai resah. Gunung yang telah meletus 82 kali-pertama kali dilaporkan meletus pada tahun 1006-itu berulah, sering bergoyang. Direktorat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Kegunungan Departemen Energi dan Sumber Daya menyatakan gunung itu dalam status siaga. Selangkah lagi, Merapi masuk ke status tertinggi, yakni status awas. Saat itu gunung sudah mulai memuntahkan bola api dan lava panas.

Kondisi ini membuat waswas penduduk dan pemerintah. Selasa malam pekan lalu, Menteri Koordinasi Aburizal…

Keywords: -

---

Foto Terkait