Sepotong Senja untuk Bung Karno

Edisi: 28/33 / Tanggal : 2004-09-12 / Halaman : 30 / Rubrik : NAS / Penulis : Agustina, Widiarsi , Zulkifli, Arif ,


Keluarga Sukarno berkumpul lagi. Mengharukan, justru karena tanpa politik.

SUATU sore di sebuah kantor di kawasan Tebet, Jakarta Selatan. Sebuah telepon menjerit-jerit membelah kesunyian. Pemiliknya, Rachmawati Soekarnoputri, sibuk memeriksa tumpukan laporan Partai Pelopor, organisasi yang telah dua tahun ia pimpin.

Dari seberang telepon terdengar suara Sukmawati Soekarnoputri, adik Rachma. Sukma mengabarkan kakak mereka, Presiden Megawati, akan berkunjung ke rumah Rachma di Jalan Jati Padang 54-A, Jakarta Selatan. "Nanti malam jam 7.00," kata Sukma.

Yang dikabari cuma bisa terperangah. Diliriknya jam tangan. Sudah pukul empat sore. "Berapa orang yang datang?" Rachma balik bertanya. Sukma tak merinci. "Pokoknya, enggak usah repot, Mbak. Semuanya disiapkan dari Teuku Umar (kediaman Mega)." Telepon lalu ditutup.

Upaya Rachma untuk meminta pembantu di rumah menyiapkan makanan sia-sia. Sore itu, Senin pekan lalu, rumahnya sudah penuh polisi, protokol Istana, pasukan pengaman presiden, dan petugas catering. Ini malam istimewa. "Semua makanan sudah dipesan oleh Teuku Umar," kata kerabat Rachma.

Sudah lama anak-anak Bung Karno tak berkumpul seperti malam itu. Bahkan, saat Lebaran atau acara 17 Agustusan di Istana, mereka tak selalu bertemu.

Yang terutama tak akrab adalah Mega dan Rachmawati. Keduanya sudah lama berbeda pandangan. Rachma tak suka Mega terjun berpolitik praktis, terutama ketika Mega masuk Partai Demokrasi Indonesia pada 1980-an. Sikap Mega itu dianggap melanggar konsensus keluarga Bung Karno pada 1978 yang memutuskan anak-anak Sukarno tak masuk partai politik mana pun. Puncak perbedaan itu terjadi pada 1983: Rachma bertemu dengan Mega di Restoran Nippon Kan, Hotel Hilton, Jakarta. Keduanya berdebat keras dan akhirnya bersepakat untuk bersimpang jalan.

Konflik semakin terbuka saat Mega naik menggantikan Abdurrahman Wahid…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

S
Setelah Islam, Kini Kebangsaan
1994-05-14

Icmi dikecam, maka muncul ikatan cendekiawan kebangsaan indonesia alias icki. pemrakarsanya adalah alamsjah ratuperwiranegara, yang…

K
Kalau Bukan Amosi, Siapa?
1994-05-14

Setelah amosi ditangkap, sejumlah tokoh lsm di medan lari ke jakarta. kepada tempo, mereka mengaku…

O
Orang Sipil di Dapur ABRI
1994-05-14

Sejumlah pengamat seperti sjahrir dan amir santoso duduk dalam dewan sospol abri. apa tugas mereka?