Sebuah Kongres Nun Di Papua
Edisi: 28/34 / Tanggal : 2005-09-11 / Halaman : 134 / Rubrik : SN / Penulis : Idayanie, L.N. , Levi, Cunding ,
"KAMI lahir, namun tidak bisa bernapas. Kami punya nama, namun tidak berwujud." Demikian bunyi keluhan Zainudin M. Arie, Sekretaris Dewan Kesenian Ternate, yang menggambarkan situasi dewan itu di daerahnya. Sejak berdiri dua tahun silam, lembaga yang dibentuk oleh kelompok kesenian Ternate ini nyaris tak berbentuk dan berkegiatan. Apalah yang bisa diperbuat tanpa bantuan dana dari pemerintah dan tiadanya tempat berkumpul. "Saya hanya mendapat Rp 3 juta untuk biaya ke Jayapura dan entah saya bisa kembali atau tidak," kata Zainudin.
Masalah itulah yang dibawanya ke Kongres Dewan Kesenian se-Indonesia, di Sasana Krida, Jayapura, dua pekan silam "Saya berharap, sepulang kongres,…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
Ada Keramaian Seni, Jangan Bingung
1994-04-23Seminggu penuh sejumlah seniman menyuguhkan berbagai hal, bertolak dari seni pertunjukan, musik, dan seni rupa.…
Mempertahankan Perang Tanding
1994-06-25Reog khas ponorogo bisa bertahan, antara lain, berkat festival yang menginjak tahun ke-10. tapi, di…
Reog Tak Lagi Menyindir
1994-06-25Asal asul adanya reog ponorogo untuk memperingati perang tanding antara klanasewandono dengan singabarong.