Peluang dari Komunitas Pengungsi

Edisi: 17/34 / Tanggal : 2005-06-26 / Halaman : 72 / Rubrik : DMS / Penulis : Widjaya, Agung , ,

MATAHARI perlahan-lahan tenggelam. Sinar emasnya berpendar menembus awan putih di atas pantai Lhok Nga, Nanggroe Aceh Darussalam. Tak jauh dari pantai terlihat beberapa bangkai kapal besar teronggok di tengah jalan menampakkan bekas-bekas kedahsyatan tsunami yang menerjang pada 26 Desember 2004. Seorang aktivis lembaga swadaya masyarakat mencoba menyalakan rokok dan mengisapnya dalam-dalam. Indahnya pemandangan senja tak mampu menghapus kegundahannya.

Sang aktivis mengaku gundah melihat solidaritas rakyat Aceh yang semakin lemah. Dia menyalahkan konflik politik yang telah merusak tatanan sosial masyarakat Aceh. Akibatnya, setelah musibah datang, orang-orang Aceh cenderung berdiam diri, kurang sigap dalam mengatasi persoalan. ”Yang mengevakuasi mayat di rumah-rumah saat itu justru para mahasiswa dari Bandung, Bogor, dan Jakarta,” ujarnya saat menemani peneliti Demos yang berkunjung ke Lhok Nga pada Mei lalu.

Kegundahan serupa diungkapkan salah seorang ulama di Aceh Utara. ”Rakyat Aceh sekarang tidak ramah lagi. Selama ini kami dikondisikan untuk saling curiga. Jangankan dengan orang lain, dengan saudara sendiri pun kami curiga,” tuturnya.

Sejumlah rakyat Aceh yang berada di tempat pengungsian juga merasakan hal yang sama. Menurut seorang pengungsi, beberapa tokoh Aceh yang mumpuni sudah kehilangan kharisma akibat dihancurkan oleh pihak yang berkonflik. Pemerintah daerah sudah lama pula dianggap lumpuh oleh rakyat Aceh.…

Keywords: -

---

Foto Terkait