Sepotong Peta Yang Tak Dilirik

Edisi: 08/34 / Tanggal : 2005-04-24 / Halaman : 42 / Rubrik : NAS / Penulis : Sunudyantoro, Agriceli, Adi Warsidi


DI Aceh pasca-humbalang tsunami, semua lenyap, kecuali tanah. Korban petaka itu umumnya tak lagi memiliki harta kecuali petak tanah tempat dulu mereka bermukim. Tapi, bukan perkara gampang untuk kembali memiliki sebidang tanah pasca-bencana. Batas-batas tanah sudah lenyap. Dokumen kepemilikan pun kebanyakan ikut lumat. Hanya mengandalkan ingatan dan ancar-ancar biasanya rawan kekeliruan.

Di sejumlah kawasan, tsunami bahkan menyatukan daratan dengan laut. Di wilayah Ulee Lheue, Kecamatan Meuraxa, Kota Banda Aceh, misalnya. Kelurahan persis di bibir pantai ini menjadi ”kota yang hilang”. Sebaliknya, daratan baru malah muncul di sebelah utara-barat akibat sapuan balik gelombang. Pergerakan lahan itu gampang memantik sengketa. Salah-salah, petaka susulan muncul akibat konflik warga yang saling rebut wilayah.

Adalah Direktorat Jenderal Pajak Departemen Keuangan yang menawarkan cara baru untuk mengidentifikasi tanah penduduk. Dengan database pemilikan tanah berakurasi tinggi, status kepemilikan tanah seseorang bisa diidentifikasi. Caranya: cuma dengan mengklik sepetak lahan pada peta di monitor komputer, informasi lengkap tentang status tanah di suatu tempat akan terpampang. Di sana akan muncul nomor obyek pajak, letak tanah, nama pemilik, status kepemilikan…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

S
Setelah Islam, Kini Kebangsaan
1994-05-14

Icmi dikecam, maka muncul ikatan cendekiawan kebangsaan indonesia alias icki. pemrakarsanya adalah alamsjah ratuperwiranegara, yang…

K
Kalau Bukan Amosi, Siapa?
1994-05-14

Setelah amosi ditangkap, sejumlah tokoh lsm di medan lari ke jakarta. kepada tempo, mereka mengaku…

O
Orang Sipil di Dapur ABRI
1994-05-14

Sejumlah pengamat seperti sjahrir dan amir santoso duduk dalam dewan sospol abri. apa tugas mereka?