Format Politik yang Bagaimana Kelak?

Edisi: 25/22 / Tanggal : 1992-08-22 / Halaman : 41 / Rubrik : NAS / Penulis : THA


PERTUMBUHAN ekonomi bukanlah sebuah jalan surga. Dari halamanhalaman
terdahulu sudah kita ikuti apa saja yang diperkirakan akan timbul kelak,
ketika Indonesia mengerahkan tenaganya untuk mencapai suatu tingkat
pertumbuhan ekonomi yang memadai. Pelbagai masalah dan konflik tak akan dapat
dielakkan. Untuk menghadapi itu, bagaimana seyogianya kehidupan politik
dijalankan?

; Kita mulai dengan masalah dana. Dana dibutuhkan untuk membiayai pembangunan
dan ikut menggerakkan mesin pertumbuhan. Dana pembangunan tak datang dari
langit. Sumbangan minyak untuk anggaran belanja dipastikan melorot. Sepuluh
tahun lalu, sumbangan minyak masih sekitar 70% dari APBN. Kini tinggal 30%.
Sekitar 25 tahun mendatang, kata Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Saleh
Afiff, Indonesia bahkan tak bisa lagi mengandalkan minyak. Sumber dana yang
potensial (seperti yang sudah dikemukakan pada halaman 26) adalah pajak.

; Pajak bukanlah soal membayar secara patuh kepada kas negara. Umumnya
diperkirakan, bertambahnya ketergantungan negara kepada pajak juga akan
meningkatkan peran pembayar pajak dalam proses pengambilan keputusan politik.
Walhasil, suatu "kekuatan baru" diperkirakan akan lahir kelak di Republik
ini: golongan pembayar pajak.

; Benarkah? Harry Tjan Silalahi, ahli politik dari Center for Strategic and
International Studies (CSIS), termasuk orang yang punya dugaan demikian. Para
pembayar pajak kelak akan makin cerewet, kenes, rewel, kritis, dan selalu
ingin turut serta. Format politik yang kelak akan lahir kiranya akan lebih
cocok untuk menampung kaum ceriwis tadi. Semboyan "dari rakyat, untuk rakyat,
dan oleh rakyat" akan lebih tampil ketimbang model pemerintahan "untuk
rakyat" (dan tidak selamanya "dari rakyat") yang terjadi sekarang ini.

; Kemungkinan apa yang kemudian disebut Harry Tjan sebagai "demokratisasi"
memang bisa terjadi. Tetapi sejauh mana "demokratisasi" itu berbeda dengan
apa yang selama ini tampak, sulit dirumuskan.

; Kecemasan selama ini, terutama di kalangan kaum teknokrat dan militer, bukan
tanpa alasan: "demokratisasi" akan melahirkan sistem yang terlampau mudah
menampung desakan dari masyarakat, sehingga kebijakan-kebijakan yang diperlukan
dalam pertumbuhan ekonomi bisa terhambat, khususnya bila kebijakan itu tidak
"populer". Misalnya kebijakan pengurangan subsidi…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

S
Setelah Islam, Kini Kebangsaan
1994-05-14

Icmi dikecam, maka muncul ikatan cendekiawan kebangsaan indonesia alias icki. pemrakarsanya adalah alamsjah ratuperwiranegara, yang…

K
Kalau Bukan Amosi, Siapa?
1994-05-14

Setelah amosi ditangkap, sejumlah tokoh lsm di medan lari ke jakarta. kepada tempo, mereka mengaku…

O
Orang Sipil di Dapur ABRI
1994-05-14

Sejumlah pengamat seperti sjahrir dan amir santoso duduk dalam dewan sospol abri. apa tugas mereka?