Terjepit Dua Seteru Capitol Hill
Edisi: 02/34 / Tanggal : 2005-03-13 / Halaman : 26 / Rubrik : NAS / Penulis : Manggut, Wenseslaus , Sunudyantoro, Mogul, Wendy Ruky
RABU pekan lalu adalah hari yang meletihkan bagi Mayor Jenderal Sudrajat. Saat hari terang tanah di Washington, Amerika Serikat, Direktur Jenderal Strategi Pertahanan itu meluncur ke Pentagon, markas Departemen Pertahanan negeri itu.
Sudrajat datang bersama sejumlah anggota parlemen dari Jakarta. Di situ mereka bertemu dengan Paul Wolfowitz, Deputi Menteri Pertahanan Amerika Serikat yang pernah menjadi duta besar di Jakarta. Wolfowitz menyambut hangat. Ia memuji tentara Indonesia karena sukses mengawal reformasi dan menerapkan demokrasi.
Dari situ rombongan Sudrajat meluncur ke Capitol Hill, tempat anggota Kongres berkantor. Di sana mereka bertemu dengan lima anggota Kongres secara terpisah. Setiap pertemuan menelan waktu 40 menit.
Disambut di Pentagon, di Capitol Hill rombongan justru disemprot. Adalah Any Valeoma Vaega, salah seorang anggota Kongres, yang paling doyan mengutuk. Ia, misalnya, menikam dengan pernyataan bahwa Indonesia seharusnya memberikan hak penentuan nasib sendiri kepada warga Papua. "Kalau Timor Timur diberi hak untuk menentukan nasib sendiri, mengapa Papua tidak?" kata Vaega.
Sudrajat menjawab bahwa pada 1969 sudah ada Penentuan Pendapat Rakyat (Pepera), dan rakyat Papua, "Memilih bergabung dengan Indonesia." Vaega tak berhenti: ia mempersoalkan pencurian kayu yang marak belakangan ini, dan menyebut Indonesia melakukan kolonisasi atas Papua. Sudrajat kalem. "Orang Papua," katanya, "adalah saudara kami sendiri." Pada akhir pertemuan Vaega berpesan, "Oke. Yang penting Indonesia jangan menjajah Papua."
Kedatangan rombongan Sudrajat di AS untuk membicarakan soal teknis pencairan kembali program International Military Education and Training (IMET), yang pada Ahad dua pekan lalu sudah dibuka kembali. Program ini adalah kerja sama pelatihan militer bagi anggota TNI yang sebelumnya disegel AS akibat tragedi Santa Cruz, Timor…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
Setelah Islam, Kini Kebangsaan
1994-05-14Icmi dikecam, maka muncul ikatan cendekiawan kebangsaan indonesia alias icki. pemrakarsanya adalah alamsjah ratuperwiranegara, yang…
Kalau Bukan Amosi, Siapa?
1994-05-14Setelah amosi ditangkap, sejumlah tokoh lsm di medan lari ke jakarta. kepada tempo, mereka mengaku…
Orang Sipil di Dapur ABRI
1994-05-14Sejumlah pengamat seperti sjahrir dan amir santoso duduk dalam dewan sospol abri. apa tugas mereka?