Merajut Pluralisme Pascakonflik

Edisi: 01/34 / Tanggal : 2005-03-06 / Halaman : 82 / Rubrik : DMS / Penulis : Syafa’atun, ,


TAK ada orang di Ambon yang tak mengenal sosoknya. Meski berasal dari kalangan Kristen, tepatnya Katolik, ia orang yang bisa diterima dan bergerak ke sana kemari dengan relatif bebas, tanpa menimbulkan banyak pertanyaan. Ketulusan hatinya telah berhasil meluruhkan kecurigaan orang. Itulah Suster Brigitta Renyaan.

Sebagian besar masyarakat pascakonflik di Ambon memang bisa dipastikan mengenal Suster Brigitta Renyaan, 51 tahun. Suster yang pernah tergabung dengan tarekat Putri Bunda Hati Kudus (PBHK) dan tak segan-segan menanggalkan seragam biarawatinya ini dikenal sangat berani dan aktif dalam upaya-upaya membangun rekonsiliasi antarumat beragama di Ambon. Saat konflik di Ambon mencapai puncak dan pimpinan tarekat meminta para biarawati meninggalkan Maluku karena alasan keamanan, ia justru bertahan. Konflik dan kekerasan yang telah menjadi bagian dalam kehidupan masyarakat Ambon membuatnya aktif dalam proses-proses perdamaian dan program-program kemanusiaan. Ia, misalnya, membentuk Gerakan Peduli Perempuan (GPP), yang menggalang kaum perempuan untuk aktif terlibat dalam upaya-upaya rekonsiliasi…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

I
Ibarat Menunggu Godot
2005-07-24

Pemilihan langsung kepala daerah (pilkada) ditunggu banyak orang dengan antusiasme tinggi. ada harapan bahwa pilkada…

D
Dua Wajah dalam Pilkada
2005-07-24

Pemilihan kepala daerah diharapkan dapat memperbaiki representasi politik rakyat. faktanya, pemilihan itu tak mencerminkan keinginan…

P
Pilkada: Kegagalan 'Crafting Democracy'
2005-07-24

Sejak 1999 dan menjelang sidang tahunan mpr 2000, cetro (centre for electoral reform), yang didukung…