Seorang Sahabat Bernama Kahin

Edisi: 49/32 / Tanggal : 2004-02-08 / Halaman : 87 / Rubrik : IQR / Penulis : Suyono, Seno Joko , Marhaen, Wahyudi , Multazam


GEORGE McTurnan Kahin, guru besar Universitas Cornell, dikenal sebagai orang yang memperkenalkan Republik Indonesia ke dunia. Di rumahnya, di daerah Cayuga Heights, Ithaca, terpampang sebuah lukisan panorama Gunung Merapi. Lukisan itu, katanya, akan selalu mengikat hubungan batinnya dengan Yogya zaman revolusi. Tanpa malu-malu diakuinya bahwa disertasinya, Nasionalisme dan Revolusi di Indonesia (1952), berpihak pada "kaum Republiken". Sebelum wafat pada 29 Januari 2000, ia menulis buku berjudul Southeast Asia: A Testament, yang terbit akhir tahun lalu--sebuah memoar yang menceritakan pergaulannya selama tahun 1940-1950-an di Yogya, pada zaman agresi Belanda. Juga perjalanannya ke Vietnam. Ia dikenal menentang kebijakan Amerika di Asia Tenggara. TEMPO mengulas buku terakhirnya itu untuk Anda.

KAPAL dengan lambung bertuliskan "Veendam" itu mengangkat sauh dari New York. Hari itu tanggal 11 Juni 1948. Di atas dek, seorang pemuda berumur 30 tahun membayangkan Batavia, Netherland East Indies. Di dalam kopernya tersimpan sehelai surat dari mantan perdana menteri Sjahrir.

Anak muda kelahiran San Francisco itu adalah lulusan Universitas Stanford. Ia menyelesaikan tesis masternya mengenai persoalan Tionghoa di Indonesia. Dan ia sedang menyusun disertasi di Universitas John Hopkins tentang nasionalisme Indonesia. Ia bermaksud melakukan penelitian lapangan di kancah yang tengah bergolak tersebut. Saat itu Amerika belum memiliki hubungan diplomatik dengan Indonesia. Tak ada kedutaan besar dan konsulat Indonesia di New York.

Untung, pada musim semi 1948 itu, Sjahrir bersama asistennya, Soedjatmoko Mangoendiningrat, mampir ke New York untuk sebuah keperluan pidato di PBB. Anak muda itu mengunjungi apartemen Sjahrir. Dan "sang Kancil" memberikan sehelai surat untuk Haji Agus Salim, Menteri Luar Negeri Indonesia--sebuah "visa" untuk memasuki teritori yang dikuasai tentara Republik. Perasaan girang meliputi anak muda itu. Namun rekan-rekannya mengingatkan bahwa "surat" itu masih belum cukup. Supaya lebih aman, mereka menyarankan agar di Indonesia dia juga bertugas sebagai wartawan. Akhirnya ia mendaftar di sebuah kantor berita tak begitu terkenal, Overseas News Agency, yang memiliki kantor di New York, dan mendapat kartu pers.

Di dek kapal, di kelas turis, pemuda dengan gairah menyala itu bertemu dengan seorang penumpang muda asal Belanda. "Sinyo" itu baru saja lulus sebagai insinyur kelautan di Massachusetts Institute of Technology. Ia dalam perjalanan pulang menuju Belanda. Yang mengagetkan, sinyo itu selama masa remajanya ternyata menetap di Indonesia. Kedua anak muda itu terlibat percakapan hangat, yang sesekali dibumbui pertanyaan sang pemuda tentang kosakata Indonesia. Sinyo itu ternyata bersimpati pada pergerakan kemerdekaan Indonesia dan menyesalkan mengapa Belanda seolah tak rela melepaskan Indonesia. "Itu semua karena salah ayah saya," tiba-tiba selorohnya mengejutkan. Ternyata "pemuda berlidah keju" itu adalah Cornelis Kees van Mook, putra Gubernur Jenderal Hindia Belanda, Hubertus van Mook. Di kapal itu, Kees menitipkan sebuah surat untuk ayahnya di Batavia.

Kisah ini dapat Anda baca dalam buku Southeast Asia: A Testament karya George McTurnan Kahin. Pemuda calon doktor itu adalah George McT. Kahin, orang yang sangat bersimpati pada perjuangan nasionalisme dan dikenal sebagai peletak dasar studi Indonesia modern. Sebelum Kahin muncul, penelitian tentang Indonesia lebih banyak didominasi "Leiden school", yang menekankan studi filologi dan indologi. Bukunya, Nationalism and Revolution in Indonesia, adalah sebuah buku standar yang menjadi klasik. Tanpa malu-malu Kahin menyatakan bahwa bukunya itu berpihak ke Indonesia. "Buku Kahin sampai sekarang masih berguna dan relevan bagi siapa saja yang mau mengerti sejarah modern Indonesia," kata Daniel Lev, sahabat Kahin, kepada TEMPO.

Empat tahun lalu, tepatnya hari Sabtu, 29 Januari, di Rumah Sakit Rochester, New York, pukul 7 pagi, pas seminggu setelah merayakan ulang tahunnya yang ke-82, Kahin meninggal karena serangan jantung. Sebelum wafat, ia sempat menuliskan pengalamannya selama di Asia Tenggara.…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

D
Dan Sang Guru Berkata...
2004-04-18

Novel filsafat sophie's world menjadi sebuah jendela bagi dunia untuk melihat dunia imajinasi dan edukasi…

E
Enigma dalam Keluarga Glass
2010-04-11

Sesungguhnya, rangkaian cerita tentang keluarga glass adalah karya j.d. salinger yang paling superior.

T
Tapol 007: Cerita tentang Seorang Kawan
2006-05-14

pramoedya ananta toer pergi di usia 81 tahun. kita sering mendengar hidupnya yang seperti epos.…