Virus Mengintai Di Kamp Rohingya
Edisi: Edisi / Tanggal : 2020-05-02 / Halaman : / Rubrik : INT / Penulis :
SAIDUL Hoque lahir di salah satu kamp pengungsi di Cox's Bazar, Bangladesh, pada 1996 atau lima tahun setelah keluarganya meninggalkan Myanmar. Warga etnis Rohingya ini sekarang tinggal di Kutupalong, kamp pengungsian terbesar di dunia. Dia bercita-cita suatu hari nanti menjadi jurnalis dan ikut mendirikan sekolah film bersama beberapa pengungsi lain yang awal tahun ini mulai melatih pemuda Rohingya soal fotografi dan videografi.
Seperti warga dunia lainnya, Saidul risau terhadap wabah Coronavirus Disease 2019 (Covid-19), yang sampai 29 April lalu telah menginfeksi lebih dari 3,2 juta orang dan menewaskan 229 ribu orang di seluruh dunia. “Jika masuk ke kamp pengungsian, itu akan sangat menghancurkan,” kata Saidul dalam cerita yang dirilis situs Badan Pengungsi Dunia Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNHCR), Selasa, 21 April lalu.
Kerisauan Saidul merupakan kekhawatiran lama lembaga internasional itu setelah corona menjadi pandemi global. Menurut Koordinator Darurat Covid-19 Medicine Sans Frontier (MSF) Gert Verdonck, wabah ini menjadi ancaman terbaru bagi imigran dan pengungsi. “Langkah pencegahan Covid-19, seperti mencuci tangan dengan sabun dan menjaga jarak fisik, hampir tidak mungkin dilakukan,” ujarnya kepada Tempo, Rabu, 29 April lalu.
Menurut data UNHCR, secara global ada 70,7 juta orang yang pergi dari rumah mereka secara terpaksa, baik sebagai pengungsi maupun pencari suaka. Hingga 29 April lalu, belum ada pengungsi Rohingya di Cox's Bazar yang dinyatakan positif Covid-19, tapi wabah itu sudah menginfeksi kamp pengungsian orang Palestina di Libanon dan imigran asal Afrika di kamp penampungan pengungsi di Yunani.
Cox's Bazar menampung sekitar 860 ribu warga Rohingya yang lari dari negaranya, Myanmar, karena mendapat penyiksaan dan perlakuan buruk. Dewan Hak Asasi Manusia PBB mengategorikan perlakuan terhadap mereka sebagai kejahatan genosida atau pemusnahan etnis. Dalam jumlah kecil, orang Rohingya pergi ke Malaysia dan Indonesia. Tapi jumlah terbanyak ke Cox's Bazar, kota dan pelabuhan perikanan di tenggara Bangladesh.
Corona, yang awalnya diidentifikasi di Wuhan, Cina, Desember 2019, mulai ditemukan di Bangladesh pada 8 Maret lalu. Kasus kematian pertama akibat virus ini ditemukan…
Keywords: Myanmar, Bangladesh, Rohingya, Pengungsi, Virus Corona, Covid-19, 
Artikel Majalah Text Lainnya
Jalan Pria Ozon ke Gedung Putih
2007-10-28Hadiah nobel perdamaian menjadi pintu masuk bagi al gore ke ajang pemilihan presiden. petisi kelompok…
Pesan Kematian dari Pazondaung
2007-10-28Jasad ratusan biksu dikremasi secara rahasia untuk menghilangkan jejak. penangkapan dan pembunuhan biarawan terus berlangsung…
Mangkuk Biksu Bersaksi
2007-10-28Ekonomi warga burma gampang terlihat pada mangkuk dan cawan para biksu. setiap pagi, biksu berke…