Kisah Wabah Dan Karantina Di Hindia Belanda

Edisi: Edisi / Tanggal : 2020-05-16 / Halaman : / Rubrik : SEL / Penulis :


DI tengah pandemi Coronavirus Disease 2019 (Covid-19), ingatan F.X. Domini B.B. Hera kerap melayang pada kisah yang dituturkan ibunya. Menurut sejarawan dan peneliti di Pusat Studi Budaya dan Laman Batas Universitas Brawijaya, Malang, ini, sang ibu bercerita kepadanya tentang kejadian pada 1911, saat kota mereka dihantam pagebluk pes. Penyakit itu dibawa kutu tikus yang terjangkit bakteri Yersinia pestis. “Banyak penduduk mati. Ketemu pagi, sorenya meninggal. Sore ketemu, malamnya meninggal. Petani juga tak berani ke sawah dan mencari pakan sapi karena takut tertular,” ujar pria yang biasa disapa Sisco ini.
Ibu Sisco belum lahir ketika itu. Dia mendapat cerita dari sang nenek, Samidjah, penyintas wabah pes yang tinggal di Ngantang, daerah di sebelah barat Kabupaten Malang, Jawa Timur. Bagi orang Jawa, pagebluk menandakan penyakit misterius. Saat pagebluk, banyak orang berobat ke dukun dan melakukan ritual. Misalnya mendendangkan Kidung Rumeksa Ing Wengi ciptaan Sunan Kalijaga, yang diyakini bisa mengenyahkan pagebluk.
Kasus kematian karena penyakit pes atau sampar di Malang mulai terendus pada 1911. Menurut peneliti sejarah Syefri Luwis, ada kemungkinan penyakit itu muncul dan melanda kota tersebut sejak 1910. Namun, karena pemerintah Hindia Belanda menyangkal dan mengabaikannya, penyakit ini baru teridentifikasi setelah jumlah korbannya banyak. “Pemerintah menganggap enteng, padahal semestinya bisa ditanggulangi sejak awal,” katanya.
Syefri menuturkan, penyakit pes diduga sudah muncul di Deli, Sumatera Utara, pada 1905. Pada saat itu, dua orang kuli angkut beras mati misterius. Kejadian tersebut membuat sejumlah dokter dan peneliti memperingatkan pemerintah Hindia Belanda agar berhati-hati. Terlebih penyakit yang menyebabkan pembengkakan pada limpa dan getah bening ini sudah mewabah di Asia pada akhir abad ke-19, tepatnya di Cina, Myanmar, dan Jazirah Arab. Deli sendiri sudah lebih waspada. Perusahaan perkebunan di sana membuat area karantina khusus buat kuli Cina yang baru tiba untuk bekerja.

Warga membakar bangkai tikus yang mejadi penyebab wabah pes di Malang, Jawa Timur, antara tahun 1900-1935./Rijkmuseum
Kelengahan pemerintah Hindia Belanda baru berdampak pada 1910, saat Jawa mengalami defisit beras karena banyak petani gagal panen. Walhasil, pemerintah memutuskan untuk mengimpor beras dari Myanmar. “Pemerintah tidak peduli. Beras diimpor begitu saja padahal Burma sedang terjangkit pes,” ucap Syefri. Beras dari Myanmar itu diangkut dengan kapal dan diturunkan di Pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya. Rencananya, beras bakal dikirimkan ke Malang untuk kemudian didistribusikan ke Blitar dan Kediri lewat jalur kereta. Pada waktu itu Malang menjadi jalur angkutan logistik hasil perkebunan, seperti kopi dan tebu.
Karena terjadi bencana alam tanah longsor dan hujan deras di antara Kecamatan Wlingi, Blitar, dan Malang, beras akhirnya disimpan dulu di gudang di Kecamatan Turen, Malang. Nahas, suhu Malang yang dingin—ketika itu 14-16 derajat Celsius—ternyata cocok sebagai tempat bakteri penyebab pes, Yersinia pestis. Di gudang beras Turen, bakteri itu bercokol pada kutu tikus sebagai inangnya dan tak butuh waktu lama untuk menyebar ke tikus lokal. Kutu tikus itulah yang kemudian membawa penyakit dan menyerang wilayah permukiman penduduk.
Syefri menjelaskan, korban pertama teridentifikasi pada akhir 1910. Ketika sudah ada korban pun pemerintah Hindia Belanda masih menyangkal adanya wabah pes di Malang. Pemerintah baru tergerak setelah pada April 1911, seorang dokter melaporkan adanya korban meninggal akibat pes. Adapun di Surabaya, kota tempat beras impor datang, ketika itu justru belum tercatat ada korban pes yang meninggal. Syefri menduga Surabaya sempat aman karena suhu kota itu tergolong panas dan tak disukai bakteri penyebab pes. Kontras dengan Malang yang berkontur pegunungan dengan ketinggian 1.400 meter di atas permukaan laut.
Di Malang, pemerintah lumayan terbantu karena kebetulan Dinas…

Keywords: Virus CoronaCovid-19
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

Z
Zhirinovsky, Pemimpin dari Jalanan
1994-05-14

Vladimir zhirinovsky, ketua partai liberal demokrat, mencita-citakan terwujudnya kekaisaran rusia yang dulu pernah mengusai negara-negara…

J
Janji-Janji dari Nigeria
1994-03-12

Di indonesia mulai beredar surat-surat yang menawarkan kerja sama transfer uang miliaran rupiah dari nigeria.…

N
Negeri Asal Surat Tipuan
1994-03-12

Republik federasi nigeria, negeri yang tak habis-habisnya diguncang kudeta militer sejak merdeka 1 oktober 1960.…