Maut Di Pegunungan Kawende
Edisi: Edisi / Tanggal : 2020-06-06 / Halaman : / Rubrik : NAS / Penulis :
HUJAN lewat tengah hari membuat Fardil berteduh di gubuk kebun miliknya di Pegunungan Kawende Kilometer 9, Kecamatan Poso Pesisir Utara, Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah, pada Selasa siang, 2 Juni lalu. Bersama kakaknya, Syarifuddin, serta tiga temannya, Anhar, Agus, dan Muhajir, ia baru saja memanen kakao dan kopi. Hari itu, Agus juga membawa Firman, 17 tahun, anaknya. Dor! Dor! Dor! Dor! Dor! Tiba-tiba berondongan tembakan menghajar gubuk tersebut. Mereka berhamburan sambil berteriak-teriak. “Petani, petani! Warga, warga!” ujar Fardil menceritakan kembali peristiwa itu kepada Tempo pada Jumat, 5 Juni lalu. Fardil melompat dan bersembunyi di balik tumpukan kayu balok. Lelaki 30 tahun itu bergidik melihat tanah porak-poranda dihujani peluru. Ia melihat Anhar dan Muhajir lintang-pukang menjauh dari pondok. Dua meter darinya, Firman, yang memiliki keterbelakangan atau retardasi mental, tiba-tiba berdiri. Seiring dengan bunyi tembakan, Firman rebah bersimbah darah. Peluru menembus rahang kirinya dan meninggalkan lubang sebesar jempol kaki. Namun Fardil tak berani menghampirinya. Ia pun tak ingat berapa lama tembakan menghujani mereka. Dia hanya bisa menekan tubuhnya agar lebih tenggelam ke dalam tanah. Pegunungan Kawende merupakan daerah operasi Satuan Tugas Tinombala. Tim gabungan…
Keywords: Densus 88, Penangkapan Teroris, Muhammadiyah, Satuan Tugas Tinombala, 
Artikel Majalah Text Lainnya
Setelah Islam, Kini Kebangsaan
1994-05-14Icmi dikecam, maka muncul ikatan cendekiawan kebangsaan indonesia alias icki. pemrakarsanya adalah alamsjah ratuperwiranegara, yang…
Kalau Bukan Amosi, Siapa?
1994-05-14Setelah amosi ditangkap, sejumlah tokoh lsm di medan lari ke jakarta. kepada tempo, mereka mengaku…
Orang Sipil di Dapur ABRI
1994-05-14Sejumlah pengamat seperti sjahrir dan amir santoso duduk dalam dewan sospol abri. apa tugas mereka?