Transpuan Di Kampung Halaman
Edisi: Edisi / Tanggal : 2020-08-22 / Halaman : / Rubrik : SOS / Penulis :
MENJADI pembina upacara Hari Kemerdekaan Indonesia di Lapangan Karya Misi Center, Kota Maumere, Nusa Tenggara Timur, Hendrika Mayora Victoria Kelan membahas transgender perempuan alias transpuan. Ketua komunitas transpuan Fajar Sikka itu mengatakan, meski Indonesia sudah 75 tahun merdeka, tak demikian dengan mereka.
Banyak transpuan masih tertindas, baik dalam kehidupan bermasyarakat maupun sebagai warga negara. “Padahal kita hidup di negara yang berdasar Pancasila, dengan semboyan Bhinneka Tunggal Ika,” Mayora, 34 tahun, mengisahkan apa yang ia sampaikan dalam upacara tersebut, Selasa, 18 Agustus lalu.
Semua petugas dalam upacara tersebut adalah transpuan. Ini upacara pengibaran bendera Merah Putih pertama yang diinsiasi kelompok mereka. Ada 30 transpuan dan 15 perempuan yang bergabung dalam upacara tersebut.
Mayora menuturkan, transpuan menjadi kelompok yang paling rentan dipersekusi, bahkan ada yang sampai dibunuh. Pada April lalu, seorang waria dibakar hidup-hidup di Cilincing, Jakarta Utara, setelah dituduh mencuri. Setelahnya pun ada video prank yang dibuat oleh seorang YouTuber yang melecehkan transpuan.
Mereka kesulitan mengurus dokumen kependudukan. Tak sedikit transpuan yang diusir dari rumah sendiri dan kehilangan dokumen kependudukan. “Tapi saat mengurusnya justru dipersulit birokrasi,” kata Mayora. Akibatnya, para transpuan kesulitan mencari pekerjaan hingga mengakses layanan dasar, seperti layanan kesehatan dan pendidikan yang telah disediakan pemerintah.
Mayora adalah transpuan pertama yang menjadi pejabat publik di Indonesia. Ia terpilih menjadi anggota Badan Permusyawaratan Desa (BPD) di Desa Habi, Kecamatan Kangae, Kabupaten Sikka, NTT, Maret lalu. Ia mengalahkan para pesaingnya yang semuanya laki-laki. “Rival saya ada yang ketua karang taruna, ketua RT, ketua RW, mantan calon kepala desa, bekas pegawai negeri. Tapi puji Tuhan, masyarakat memilih saya,” ujar Mayora, yang hijrah ke Sikka dua tahun lalu.
Ia dijagokan oleh ibu-ibu setempat. Meski sempat dicemooh karena pilihannya menjadi transpuan, Mayora kerap turun membantu mereka, seperti memasak saat ada hajatan, ikut merias pengantin, dan membina anak-anak di sekolah Minggu. “Meski dirisak, dia tetap membantu masyarakat,” ucap Agustina Merlin, warga Sikka. ***
HENDRIKUS Kelan, itulah nama asli Mayora. Saat masih bocah, ia dan keluarganya pindah dari Sikka ke Merauke, Papua. Hendrikus, yang beragama Katolik, sudah akrab dengan kegiatan rohani sejak bocah. “Saya…
Keywords: Kota Maumere, Kabupaten Sikka, Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur | NTT, 
Artikel Majalah Text Lainnya
Sang Peroboh Menara Gading
2007-11-04Ia pionir dalam bidang telekomunikasi satelit indonesia. insinyur juga harus pandai berbisnis.
Membesarkan Indonesia dengan Musik
2005-07-10Erwin gutawa adalah musisi cemerlang. jenjang karier sebagai seorang musisi telah lengkap ia lakoni.
Menjaga Bali dengan Hati
2005-08-14Luh ketut suryani terus berikhtiar menjaga bali dari gerusan efek negatif pariwisata. anak-anak korban pedofilia…