Main Kurir Angkutan Negara

Edisi: Edisi / Tanggal : 2020-08-29 / Halaman : / Rubrik : EB / Penulis :


SETIAP hari, Ramadhani Febriantoro bersiaga berkeliling ke seantero Kecamatan Soreang, Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Dari rumahnya di Jalan Gading Tutuka, Soreang, pria 26 tahun ini akan mendatangi konsumen yang meminta barang kiriman mereka dijemput.
Barulah keesokan harinya, sekitar pukul 10 pagi, Rama—begitu Ramadhani biasa dipanggil—pergi ke Kota Bandung. Mengendarai sepeda motor yang penuh dengan paket, dia melaju sekitar 17 kilometer ke arah utara, menuju kantor PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk di Jalan Asia Afrika. Bila paket sedang banyak, Rama pergi dengan mobil. “Saya kasih aturan. Kalau mau dijemput barangnya, saya buka dari jam 12 siang sampai jam 8 malam,” kata Rama, Kamis, 27 Agustus lalu.
Sudah sebulan lebih Rama menjalani peran ganda itu, menjadi agen kurir alias Sohib KirimAja yang menerima barang kiriman pelanggan sekaligus Sub-Console yang mengirim barang ke pusat pengumpulan. Ruangan depan di sayap kanan rumahnya disulap menjadi kantor agen KirimAja, lengkap dengan meja, seperangkat desktop, sofa hitam buat duduk pelanggan, timbangan besar, dan rak kaca. Logo besar KirimAja yang dicetaknya sendiri menggantung di dinding sebelah atas desktop.
Agar kantor itu mudah dikenali, Rama memasang spanduk besar di kaca luar jendela. Di tajuk rawal berkelir biru langit itu tertulis “Authorized Sohib KirimAja”. Menurut Rama, rata-rata dia bisa menghimpun 20-40 kilogram paket dalam sehari.
KirimAja merupakan layanan kurir yang mulai beroperasi awal Juni lalu di bawah naungan PT Aerojasa Cargo, anak perusahaan Garuda Indonesia. Bagi Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra, yang dilakukan KirimAja mendekonstruksi cara berbisnis industri kurir, ekspres, dan parsel kebanyakan.
KirimAja, misalnya, tak mengintervensi fase first mile, atau tahap pengirim menyerahkan barangnya kepada agen kurir hingga pengiriman ke pusat drop. Semua proses itu dijalankan oleh mitra. “Memanfaatkan aset mitra yang ada saja,” tutur Irfan, Selasa, 25 Agustus lalu.
Persis seperti yang dilakukan Rama. Pemuda itu tidak perlu menyewa ruko buat kantor agen kurir. Dia juga tak mempekerjakan petugas pengiriman dan tidak perlu membayar uang jaminan kepada perusahaan.
Proses first mile yang sederhana itu menjadi jawaban dari Garuda atas Go Express, layanan kurir besutan mereka sebelumnya yang kurang laku di pasar. Go Express, yang menganut model kemitraan bisnis kurir pada umumnya, tetap tidak bersuara di pasar kurir kendati telah menawarkan layanan door-to-door berbasis aplikasi dengan harga miring. “Pelan-pelan kami matikan Go Express…

Keywords: PegadaianPT Pos IndonesiaParselPT Garuda IndonesiaPT Pelayaran Nasional Indonesia | PelniPT KAIDigitaltransaksi digitalekonomi digitalGrabGoJeklogistik digitalbisnis logistikJNE
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

S
SIDANG EDDY TANSIL: PENGAKUAN PARA SAKSI ; Peran Pengadilan
1994-05-14

Eddy tansil pembobol rp 1,7 triliun uang bapindo diadili di pengadilan jakarta pusat. materi pra-peradilan,…

S
Seumur Hidup buat Eddy Tansil?
1994-05-14

Eddy tansil, tersangka utama korupsi di bapindo, diadili di pengadilan negeri pusat. ia bakal dituntut…

S
Sumarlin, Imposibilitas
1994-05-14

Sumarlin, ketua bpk, bakal tak dihadirkan dalam persidangan eddy tansil. tapi, ia diminta menjadi saksi…