Tilik Dan Bangkitnya Marwah Film Pendek
Edisi: Edisi / Tanggal : 2020-09-05 / Halaman : / Rubrik : SEL / Penulis :
TILIK garapan sutradara Wahyu Agung Prasetyo tiba-tiba mengangkat marwah film pendek. Karya itu menjadi fenomena besar dalam dunia perfilman kita. Sejak diunggah pada 17 Agustus lalu di saluran Ravacana Films di YouTube, film itu mampu meraih lebih dari 20 juta penayangan (view). Viralnya film berdurasi 32 menit ini merembet pada makin dicarinya film-film pendek buatan sineas Indonesia lain di platform daring (online), seperti YouTube dan Viddsee. “Pencapaian Tilik dapat menjadi momentum pergerakan film pendek Indonesia,” kata Wahyu Agung Prasetyo kepada Tempo.
Sebelum Tilik, film pendek umumnya jauh dari sorotan publik apabila dibandingkan dengan film panjang yang berkesempatan diputar di bioskop. Pengecualian bagi film omnibus, yaitu beberapa film pendek bertema serupa yang dirangkai dalam satu judul, misalnya Jakarta Maghrib oleh Salman Aristo yang sempat mencicipi layar bioskop pada 2011. Di luar itu, film pendek biasanya hanya menemui penonton di ruang terbatas, seperti festival film dan pemutaran khusus. Tilik sendiri, yang diproduksi pada 2018, baru diunggah untuk publik dua tahun kemudian karena mendahulukan penayangan di beberapa festival.
Lokasi acara festival film pendek Jogja-NETPAC Asian Film Festival (JAFF) ke-14 di Yogyakarta, November 2019. Dokumentasi JAFF
Sesungguhnya, film pendek cukup bergairah diproduksi sineas muda. Hanya, sebelum Tilik meledak, ia tak begitu kelihatan. Kompetisi film pendek Indiskop Film Festival yang digelar sepanjang 24 Juni-30 Agustus lalu, misalnya, menerima sebanyak 320 judul yang semuanya diproduksi pada masa pandemi. Indiskop Film Festival adalah festival film daring pertama di Indonesia gagasan aktris Marcella Zalianty. Di Yogyakarta, Jogja-NETPAC Asian Film Festival (JAFF) juga sedang sibuk menyiapkan agenda tahunannya. Festival film internasional ini bersiap memutar film panjang dan pendek pada 23-27 November mendatang. Sebanyak 300 dari 500 proposal film yang diseleksi JAFF tahun ini merupakan film pendek yang dibuat sineas Indonesia. Seperempat dari pendaftar berasal dari Yogyakarta.
Meminjam definisi dari Academy of Motion Picture Arts and Sciences, sederhananya film pendek adalah karya gambar bergerak orisinal yang berdurasi 40 menit atau kurang, dari detik dimulai hingga kredit berakhir. Festival film pendek terbesar di dunia, Clermont-Ferrand International Short Film Festival, memakai standar durasi yang sama. Namun tak semua sepakat dengan standar itu. Sundance Film Festival menetapkan 50 menit ke bawah sebagai batas durasi untuk kualifikasi film pendek. Internationale Kurzfilmtage Oberhausen, salah satu festival film pendek tertua, memilih angka 35 menit.
Film pendek juga dipandang memiliki semangat karya sinema berbeda yang coba dikampanyekan sejumlah festival film. Minikino, organisasi festival film pendek Indonesia, menekankan bahwa film pendek bukanlah film panjang yang kebetulan singkat durasinya. “Film pendek, seperti puisi dan cerita pendek, adalah karya mandiri dengan kekuatan literatur tersendiri,” demikian tertulis di situs Minikino.
Poster film Kuldesak, 1999. IMDB
Dalam buku Wacana Sinema: Antarkota, Antarlayar yang diterbitkan Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) disebutkan tonggak film pendek Indonesia…
Keywords: Film, Film Indie, Garin Nugroho, Tilik, Wahyu Agung Prasetyo, 
Artikel Majalah Text Lainnya
Zhirinovsky, Pemimpin dari Jalanan
1994-05-14Vladimir zhirinovsky, ketua partai liberal demokrat, mencita-citakan terwujudnya kekaisaran rusia yang dulu pernah mengusai negara-negara…
Janji-Janji dari Nigeria
1994-03-12Di indonesia mulai beredar surat-surat yang menawarkan kerja sama transfer uang miliaran rupiah dari nigeria.…
Negeri Asal Surat Tipuan
1994-03-12Republik federasi nigeria, negeri yang tak habis-habisnya diguncang kudeta militer sejak merdeka 1 oktober 1960.…