Berkah Pandemi Usaha Energi

Edisi: Edisi / Tanggal : 2020-12-05 / Halaman : / Rubrik : EB / Penulis :

SEPANJANG 2020, pandemi Covid-19 menumbangkan banyak usaha rintisan yang beroperasi di Indonesia. Sebut saja Sorabel, startup e-commerce fashion asal Yogyakarta, atau Airy Room, yang menangani bisnis hotel sejak 2015. Hooq dan Eatsy, startup dari Singapura, yang masing-masing menyediakan layanan video streaming dan usaha kecil-mikro, juga kolaps akibat krisis ekonomi. 
Tak hanya di Indonesia, wabah memukul bisnis usaha rintisan di dunia. Startup Genome, inkubator usaha rintisan di 150 negara yang berpusat di Amerika Serikat, mencatat pertumbuhan empat dari sepuluh startup berada di zona merah sejak Desember 2019. Penyebabnya, banyak investor menahan diri untuk membenamkan modal di jenis usaha digital ini.
CEO Startup Genome Jean-Francois Gauthier dalam Global Startup Ecosystem Report 2020 mengungkapkan, di tengah pesimisme mengenai pertumbuhan bisnis startup, ada 10 persen pengusaha yang optimistis bisnisnya tetap bertumbuh. Sehingga mereka tetap optimistis bisa mendapatkan pendanaan dari investor untuk mengembangkan bisnis di tengah pandemi. “Krisis mempercepat perubahan transaksi konvensional ke digital,” tulisnya. “Ini panggilan kepada wirausaha agar berinovasi lebih cepat.”

Eddi Danusaputro, CEO Mandiri Capital Indonesia. (foto: https://mandiri-capital.co.id/)
Gauthier merujuk pada data bahwa selama pandemi virus corona sejak Desember tahun lalu, muncul 50 usaha berkategori unicorn—perusahaan rintisan yang valuasinya lebih dari US$ 1 miliar atau Rp 14,5 triliun. Tak hanya mengubah kebiasaan konsumen, pandemi juga mengubah cara pandang investor terhadap bisnis ini.
Sekretaris Jenderal Asosiasi Modal Ventura untuk Startup Indonesia (Amvesindo) Eddi Danusaputro mengatakan para investor menaruh perhatian pada potensi pertumbuhan pasar, kemampuan beradaptasi, kualitas pendiri, model…

Keywords: ekonomi digital, Outlook Ekonomi, 

---

Foto Terkait