Kabar Kudeta Di Gunung Gede
Edisi: Edisi / Tanggal : 2021-02-06 / Halaman : / Rubrik : NAS / Penulis :
MENGENAKAN batik cokelat lengan pendek, Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono serius mendengarkan paparan dari Agus Harimurti Yudhoyono di perpustakaan pribadinya di Puri Cikeas, Bogor, Jawa Barat, Ahad, 31 Januari lalu. Agus, yang merupakan Ketua Umum Demokrat, menjelaskan soal upaya pengambilalihan partai yang dilakukan sejumlah kader dan diduga melibatkan Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko.
Menurut Agus, ayahnya sepakat bahwa upaya pengambilalihan Demokrat bukan lagi permasalahan internal partai. Penyebabnya: ada nama Moeldoko, Panglima Tentara Nasional Indonesia pada masa pemerintahan Yudhoyono. “Dengan adanya keterlibatan Moeldoko, gerakan ini wujud intervensi dari pihak eksternal yang mengancam kedaulatan dan kehormatan Demokrat,” ujar Agus dalam wawancara tertulis dengan Tempo pada Jumat, 5 Februari lalu.
Pertemuan yang berlangsung sekitar tiga jam itu dihadiri sejumlah elite Demokrat. Mereka antara lain Sekretaris Jenderal Partai Demokrat Teuku Riefky Harsya; Wakil Ketua Umum Edhie Baskoro Yudhoyono; Kepala Badan Pemenangan Pemilu Andi Arief; Kepala Badan Pembinaan Organisasi, Kaderisasi, dan Keanggotaan Herman Khaeron; serta Andi Mallarangeng, Menteri Pemuda dan Olahraga di era Yudhoyono.
Dua orang yang hadir dalam pertemuan itu mengatakan, setelah mendengarkan penjelasan Agus, Yudhoyono mengungkapkan ketidaksukaannya terhadap campur tangan pihak luar dalam urusan partainya. Apalagi Moeldoko disebut-sebut membawa nama “Pak Lurah”—mengacu pada sebutan untuk Presiden Joko Widodo—dan pejabat lain. Namun Yudhoyono tak yakin Jokowi mengetahui soal rencana kudeta terhadap kepemimpinan Agus, putra sulungnya. Ia menyarankan pengurus Demokrat berkirim surat kepada Presiden untuk menanyakan informasi tersebut.
Bekas Bendahara Umum Demokrat, M. Nazaruddin, dalam pertemuan di Hotel Aston Rasuna, Kuningan, Jakarta. Istimewa
Narasumber yang sama menuturkan bahwa Yudhoyono menyatakan tak akan tampil di publik dalam perkara ini. Ia tak mau dianggap berhadapan dengan Presiden Jokowi. Yudhoyono mengatakan bakal menyelesaikan langsung persoalan itu jika masih menjabat ketua umum. Ia pun menyerahkan persoalan itu kepada Agus, termasuk menggelar konferensi pers soal peristiwa tersebut.
Yudhoyono kemudian meminta Agus memaparkan rancangan pernyataan dalam konferensi pers untuk menghindari tuduhan dan kata-kata yang bisa menimbulkan dampak hukum. Ia lalu menambahkan sejumlah kalimat, seperti penggunaan frasa “asas praduga tak bersalah”. Pertemuan itu menyepakati bahwa Agus tak perlu menyebut nama mereka yang terlibat dalam upaya kudeta Demokrat.
Di akhir pertemuan, kata dua peserta…
Keywords: Partai Demokrat | PD, Moeldoko, Jokowi, Muhammad Nazaruddin, Susilo Bambang Yudhoyono | SBY, KLB Partai Demokrat, Agus Harimurti Yudhoyono, 
Artikel Majalah Text Lainnya
Setelah Islam, Kini Kebangsaan
1994-05-14Icmi dikecam, maka muncul ikatan cendekiawan kebangsaan indonesia alias icki. pemrakarsanya adalah alamsjah ratuperwiranegara, yang…
Kalau Bukan Amosi, Siapa?
1994-05-14Setelah amosi ditangkap, sejumlah tokoh lsm di medan lari ke jakarta. kepada tempo, mereka mengaku…
Orang Sipil di Dapur ABRI
1994-05-14Sejumlah pengamat seperti sjahrir dan amir santoso duduk dalam dewan sospol abri. apa tugas mereka?