Usmar Ismail, Film, Dan Kita

Edisi: Edisi / Tanggal : 2021-03-20 / Halaman : / Rubrik : SEL / Penulis :


USMAR Ismail masih bocah setingkat sekolah menengah pertama waktu itu. Seorang anak lelaki belasan tahun yang merantau ke Padang untuk melanjutkan sekolah ke Meer Uitgebreid Lager Onderwijs dan menumpang tinggal di rumah kakaknya. Beberapa kali sepekan, kakak dan kakak iparnya pergi menonton film yang kala itu masih berupa film bisu. Bocah itu menanti di rumah dengan sabar. Begitu kakak-kakaknya pulang, Usmar biasanya langsung menodong mereka dengan sejumlah pertanyaan. “Pertanyaan pertamanya selalu bagaimana tukang pianonya?” ucap Alwi Dahlan, keponakan Usmar yang tinggal serumah dengannya waktu itu, mengenang. 
Tukang piano yang dimaksudkan Usmar adalah pemain musik yang mengiringi adegan demi adegan dalam film bisu dengan cermat. Permainannya disesuaikan dengan dinamika adegan dalam layar. Maka pemain piano menjadi unsur penting tersendiri untuk sinema kala itu. 
Dalam ingatan Alwi, sedari kecil Usmar sudah tertarik pada berbagai unsur film. Tak cukup mengikuti jalannya cerita, dia gemar menyelidiki bagaimana pemain piano mengiringi film serta mengamati lambang-lambang yang muncul dalam film. Sesekali, jika Usmar turut menonton ke bioskop, dapat dipastikan dia akan memilih tempat duduk terdepan, dekat dengan layar dan “tukang piano”. “Jadi dari SMP saja dia sudah memikirkan film yang penuh dengan perlambangan,” kata Alwi, yang kini berusia 88 tahun. 

Usmasr Ismail (kedua kanan) dan Gayus Siagian (kiri) di Belanda, 1951. Dok. Perpusnas/Sinematek Indonesia
Selain menggemari film, Usmar kecil sangat menyukai randai, pertunjukan tradisional Minangkabau yang memadukan teater, silat, musik, dan dendang. Dia selalu mencari-cari pertunjukan kelompok randai yang biasanya berlangsung pada hari-hari pasar di Padang. Nantinya, Usmar memproduseri salah satu judul pada era film bersuara yang pekat diwarnai unsur randai, Harimau Tjampa (1953). Bukan kebetulan pula bahwa salah satu penulis film itu adalah Alwi Dahlan, yang mengikuti jejak Usmar di dunia film dan menjadi penulis skenario beberapa film Usmar. Tiga Dara (1956), yang sangat populer, juga ditulis Alwi bersama Usmar. 
Usmar mengajak Alwi menulis skenario saat keponakannya itu merantau ke Jakarta dan tinggal di rumahnya. Sebelumnya, Alwi suka menulis cerita pendek dan artikel karena sedari bangku sekolah menengah atas menjadi wartawan majalah Siasat yang didirikan Rosihan Anwar. Usmar memberinya sebuah buku tipis tentang dasar-dasar menulis skenario. “Saya diwajibkan menonton tiga-empat kali seminggu, macam-macam film,” tutur Alwi, yang pada 1998 menjabat Menteri Penerangan dalam kabinet terakhir Soeharto. “Pulang nonton, Usmar akan mengajak diskusi tentang bagaimana akal para sutradara dan penulis film itu menuangkan cerita ke dalam gambar.” 
Bocah pemerhati pianis dalam pemutaran film bisu itu pada akhirnya memang tumbuh sebagai orang besar dalam sinema kita. Usmar memproduksi film pertama Indonesia sebagai negara berdaulat, memprakarsai berdirinya Akademi Teater Nasional Indonesia, mendirikan Perusahaan Film Nasional Indonesia, dan seterusnya. Hingga tahun ini, 100 tahun setelah kelahirannya dan 50 tahun sesudah maut menjemputnya, kita masih merayakan jejak-jejak yang ditinggalkan bapak perfilman nasional itu. 

Usmar Ismail (ketiga kiri) bersama Amar dan aktris lainnya, pada 1961. Dok. Perpusnas/Sinematek Indonesia
Sudah lumrah diketahui bahwa Usmar menganggap Darah dan Doa (The Long March, 1950) sebagai anak pertamanya. Film itu menjadi judul perdana dari Perusahaan Film Nasional Indonesia (Perfini), perusahaan produksi film pertama Indonesia yang…

Keywords: Indonesian FilmsFilm
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

Z
Zhirinovsky, Pemimpin dari Jalanan
1994-05-14

Vladimir zhirinovsky, ketua partai liberal demokrat, mencita-citakan terwujudnya kekaisaran rusia yang dulu pernah mengusai negara-negara…

J
Janji-Janji dari Nigeria
1994-03-12

Di indonesia mulai beredar surat-surat yang menawarkan kerja sama transfer uang miliaran rupiah dari nigeria.…

N
Negeri Asal Surat Tipuan
1994-03-12

Republik federasi nigeria, negeri yang tak habis-habisnya diguncang kudeta militer sejak merdeka 1 oktober 1960.…