Tumurun Dan Sketsa-sketsa Sudjojono
Edisi: Edisi / Tanggal : 2021-09-11 / Halaman : / Rubrik : SN / Penulis :
“BUAT saya sketsa itu penting sekali. Dari itu nasihat saya, kalau ada pelukis dikatakan besar, atau ada master dikatakan kelas berat, coba lihat buku sketsa dia. Bukti si master atau si pelukis gede itu terlihat di garis-garis sketsa hitam-putih tadi. Menurut pengalaman saya, kalau bisa saya lihat sketsa-sketsa mereka, kasihan, banyak mereka bergelimpangan di bawah tanah,” demikian ujaran Sindoedarsono Sudjojono pada 1970.
Sketsa bagi Sudjojono, perupa kelahiran Kisaran, Sumatera Utara, teramat krusial. Dengan warna, menurut Sudjojono, seseorang bisa menipu. Pun dengan tema. Namun sketsa berjarak dengan tipu muslihat. Itu pula yang membuat maestro yang wafat pada 1985 dalam usia 72 tahun ini mencatatkan banyak detail dalam sketsanya. Termasuk yang terkait dengan salah satu mahakaryanya, lukisan Pertempuran Antara Sultan Agung dan JP Coen pada kanvas berukuran 3 x 10 meter. Lukisan yang terpajang di Museum Sejarah Jakarta itu dikerjakan Sudjojono pada 1973.
Dalam menyiapkan lukisan tersebut, Sudjojono membuat 38 sketsa, yang kini sedang tampil dalam pameran “Mukti Negeriku!” di Tumurun Private Museum, Solo, Jawa Tengah, pada 27 Agustus 2021-28 Februari 2022. Ini pertama kali rangkaian sketsa lukisan Sultan Agung goresan Sudjojono tampil lengkap untuk publik. “Semua sketsanya kami dapatkan dari keluarga Sudjojono, dan sudah menjadi koleksi Tumurun sekitar setahun terakhir ini,” ucap pemilik Tumurun yang juga Wakil Presiden…
Keywords: Pameran Seni, Lukisan S. Sudjojono, Maestro Seni Indonesia, Seni, Sudjojono, Sketsa Sudjojono, Sultan Agung, 
Artikel Majalah Text Lainnya
Ada Keramaian Seni, Jangan Bingung
1994-04-23Seminggu penuh sejumlah seniman menyuguhkan berbagai hal, bertolak dari seni pertunjukan, musik, dan seni rupa.…
Mempertahankan Perang Tanding
1994-06-25Reog khas ponorogo bisa bertahan, antara lain, berkat festival yang menginjak tahun ke-10. tapi, di…
Reog Tak Lagi Menyindir
1994-06-25Asal asul adanya reog ponorogo untuk memperingati perang tanding antara klanasewandono dengan singabarong.