Melahirkan (lagi) Anak Bajang

Edisi: Edisi / Tanggal : 2021-10-02 / Halaman : / Rubrik : SN / Penulis :


DI tangan budayawan Romo Sindhunata, raksasa bajang digambarkan sebagai sosok buruk rupa. Kulitnya hitam pekat, giginya beringgit-ringgit seperti duri-duri pandan. Taringnya tajam keluar. Hidungnya mengguntung, dahinya menggantung. Matanya membelalak, lehernya cekak, sampai ia kelihatan tak berpundak.
Rambut raksasa bajang itu merah, tumbuhnya jarang-jarang. Kakinya pendek, jalannya berangkang-rangkang. Punggungnya membungkuk sabut, pantatnya menggerumuk seperti mangkuk. Perutnya buncit, menggelembung seperti kelapa bergelantung. Tak ada sedikit pun keindahan melekat padanya. 
Namun, oleh perupa Susilo Budi Purwanto, raksasa buruk rupa itu berubah menjadi seperti bocah lucu yang menggemaskan. Wajahnya yang kemerahan, sepasang matanya yang melotot, dan gigi-gigi taringnya tersamarkan oleh raut muka ceria dan penuh kasih sayang. Hal itu tergambar dalam lukisan berjudul Hutan Jatirasa yang menjadi ilustrasi terbitan pertama cerita bersambung alias cerbung kedua Anak Bajang. Raksasa mungil itu berlarian bersama teman-temannya para penghuni hutan Jatirasa. Ada harimau, monyet, badak, bajing, burung, dan rusa. Senyumnya melebar, membuatnya tampak lebih semringah. 
Lewat pameran tunggal seni rupa bertajuk “Sukrasana” yang dihelat di Bentara Budaya Yogyakarta, Susilo ingin menggamblangkan kisah Anak Bajang Menggiring Angin yang ditulis Sindhunata 40 tahun lalu dan lanjutannya, Anak Bajang Mengayun Bulan, yang mulai diterbitkan Harian Kompas pada Senin, 27 September lalu. Bahwa anak bajang adalah perwujudan Sukrasana dalam kisah serial pewayangan Ramayana. Juga bahwa Sukrasana terlahir kembar dengan saudara laki-laki yang tampan dan sempurna, Sumantri namanya. Lakon keduanya dikenal dengan cerita “Sumantri Sukrasana”. 



Keywords: Museum Anak BajangSindhunataAnak BajangNovel Anak BajangNovel Anak Bajang Mengayun Bulan
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

A
Ada Keramaian Seni, Jangan Bingung
1994-04-23

Seminggu penuh sejumlah seniman menyuguhkan berbagai hal, bertolak dari seni pertunjukan, musik, dan seni rupa.…

M
Mempertahankan Perang Tanding
1994-06-25

Reog khas ponorogo bisa bertahan, antara lain, berkat festival yang menginjak tahun ke-10. tapi, di…

R
Reog Tak Lagi Menyindir
1994-06-25

Asal asul adanya reog ponorogo untuk memperingati perang tanding antara klanasewandono dengan singabarong.