Kisah Pesantren Waria Dan Fobia Transgender
Edisi: Edisi / Tanggal : 2021-11-20 / Halaman : / Rubrik : SEL / Penulis :
DUA lembar kertas yang menguning berisi surat pernyataan sikap menolak fikih waria terpajang di dinding bangunan utama Pesantren Waria Al-Fatah di Kotagede, Yogyakarta. Surat bertarikh 9 Februari 2016 yang dilayangkan Front Jihad Islam (FJI) Yogyakarta itu mengajak seluruh umat Islam menolak segala bentuk legalisasi lesbian, gay, biseksual, dan transgender. Surat lusuh berpigura hitam itu juga memerintahkan laskar FJI menegakkan amar makruf nahi mungkar sesuai dengan syariat Islam.
Bagi pemimpin Pesantren Waria Al-Fatah, Shinta Ratri, dan 60 santrinya, surat itu meninggalkan trauma mendalam. Pada 16 Februari 2016, sekelompok orang dari FJI dan polisi menyegel Pesantren Al-Fatah. Mediasi yang mempertemukan santri pesantren dan FJI berujung pada penghakiman santri. Pemerintah daerah tidak menindak tegas pelaku.
Penyegelan itu membuat pesantren tiarap selama tiga bulan. Dalam suasana ketakutan, santri waria beribadah secara sembunyi-sembunyi. Mereka baru bisa pulih untuk berkegiatan setahun setelah peristiwa itu. “Sulit meyakinkan teman-teman datang ke pondok karena takut,” ujar Shinta di Pesantren Al-Fatah, Senin, 15 November lalu.
Shinta, 59 tahun, memasang surat itu dalam pameran fotografi untuk memperingati Hari Peringatan Transgender yang jatuh pada 20 November. Seluruh dunia memperingati tanggal itu setiap tahun untuk mengenang transgender yang dibunuh akibat fobia dan kebencian.
Kegiatan mengaji di Pondok Pesantren Waria Al-Fatah, Kotagede, Yogyakarta, pada Mei 2019. TEMPO/Shinta Maharani
Selama 10-20 November 2021, Pesantren Al-Fatah menggelar pameran fotografi. Shinta menyebutkan pameran itu bertujuan mendokumentasikan semua kegiatan pesantren. Mereka ingin menunjukkan kepada publik bahwa pesantren itu tetap bertahan di tengah serangkaian diskriminasi dan serangan terhadap kebebasan beribadah.
Shinta mengungkapkan, para santri memerlukan waktu untuk pulih dari trauma seusai penggerudukan FJI. Sebagian waria harus bersiasat dengan memotong rambut supaya tidak dikenali. Mereka khawatir diserang ketika berada di jalan.
Sebagian waria bahkan pulang ke kampung halaman mereka di berbagai daerah, seperti Jawa Tengah dan Jawa Timur, karena cemas. Untuk mengajak para santri kembali berkegiatan di pesantren itu, dibutuhkan waktu dan trik khusus. “Ada yang minta dijemput di terminal. Padahal biasanya jalan sendiri,” tutur Shinta.
Santri dan pengajar mencari dukungan dari berbagai kalangan sebagai strategi untuk melawan kebencian. Mereka mengunjungi tokoh agama dari kalangan muslim dan nonmuslim sejak 2019. Para santri menemui Sinta Nuriyah, istri mantan presiden (almarhum) Abdurrahman Wahid alias Gus Dur, di rumahnya di Jakarta Selatan. Mereka juga menemui anggota Pengurus Besar Nahdlatul Ulama, Kiai Imam Aziz.
Kegiatan mengaji di Pondok Pesantren Waria Al-Fatah, Kotagede, Yogyakarta, pada Mei 2019. TEMPO/Shinta Maharani
Selain itu, mereka mendatangi pengajar Pascasarjana Institut Agama Islam Negeri Cirebon, Jawa Barat, Kiai Husein Muhammad, dan pengasuh Pesantren Raudlatut Thalibin (Taman Pelajar Islam), Kiai Mustofa Bisri atau Gus Mus. Kunjungan ke ulama-ulama yang dikenal progresif dan kerap menyampaikan pesan yang sejuk itu membuahkan hasil. Menurut Shinta, kunjungan itu paling tidak bisa menepis anggapan bahwa komunitas waria tertutup dan tidak mau berdialog.
Mereka rutin berkunjung ke pesantren-pesantren tersebut sejak Al-Fatah berdiri. Selain itu, mereka berziarah ke makam Gus Dur dan Wali Songo. Kegiatan itu berlangsung di pertengahan tahun dan akhir tahun, bersamaan dengan kunjungan ke sejumlah pesantren. “Menjelang Ramadan, santri rutin berziarah dan mendoakan waria yang meninggal,” ucap Shinta.
•••
DI PONDOK…
Keywords: Transgender, Diskriminasi, Pondok Pesantren Waria Al-Fatah, Yogyakarta, 
Artikel Majalah Text Lainnya
Zhirinovsky, Pemimpin dari Jalanan
1994-05-14Vladimir zhirinovsky, ketua partai liberal demokrat, mencita-citakan terwujudnya kekaisaran rusia yang dulu pernah mengusai negara-negara…
Janji-Janji dari Nigeria
1994-03-12Di indonesia mulai beredar surat-surat yang menawarkan kerja sama transfer uang miliaran rupiah dari nigeria.…
Negeri Asal Surat Tipuan
1994-03-12Republik federasi nigeria, negeri yang tak habis-habisnya diguncang kudeta militer sejak merdeka 1 oktober 1960.…