Jejak Apartheid di Pulau Maut

Edisi: 48/46 / Tanggal : 2018-01-28 / Halaman : 48 / Rubrik : IMZ / Penulis : Stefanus Pramono, ,


Apartheid memang telah dihapus pada 1990. Namun akibat dari politik segregasi itu masih terlihat di berbagai tempat di Afrika Selatan. Sebagian warga kulit hitam pun masih hidup dalam kemiskinan. Pada November 2017, wartawan Tempo Stefanus Pramono menelusuri jejak-jejak apartheid di sejumlah tempat di Johannesburg dan Cape Town.

JESTER tak pernah berhenti ditampar gelombang. Berlayar dari Victoria & Alfred Waterfront, Cape Town, Afrika Selatan, Rabu keempat November tahun lalu, feri dua tingkat dengan kapasitas sekitar 300 penumpang itu melanting-lanting saat ombak menepuknya.

Hari itu seharusnya masih musim panas di Afrika Selatan. Langit masih biru dan menjadi latar yang mempercantik guratan Gunung Meja (Table Mountain). Tapi matahari justru tak terik meski sudah lewat pukul sembilan pagi. Sebagai gantinya, angin laut nan dingin terus merambah ke seluruh penjuru kapal.

Sebelum kapal melaut, seorang petugas meminta semua penumpang memperhatikan cara menggunakan pelampung. "Semoga kita tak perlu menggunakannya," kata si petugas. Para penumpang yang tak tahu kondisi laut tertawa. Tawa itu tak lagi muncul sepuluh menit kemudian.

Ke Robben Island, Jester melaju. Menjadi tempat pembuangan tahanan politik Afrika Selatan pada masa apartheid-politik pemisahan penduduk berdasarkan warna kulit dengan kaum negro berada di posisi terbawah dan diperbudak-pulau itu menjadi salah satu tujuan favorit para turis asing. Jaraknya sebenarnya tak sampai 7 kilometer dari Cape Town. Namun ganasnya laut dan cuaca buruk membuat Robben ditutup untuk umum sehari sebelumnya. Tak terbayang bagaimana para narapidana Afrika Selatan dikirim ke pulau itu pada masa lalu dengan kapal yang lebih kecil.

Sedikit demi sedikit, dataran Pulau Robben yang berluas sekitar 500 hektare kian berwujud. Pasir putih menghampar di sepanjang pantai. Pepohonan dan semak-semak lebat yang menghijau terlihat jelas saat kapal berlabuh. Begitu juga tembok-tembok penjara yang tersusun dari batu. Sekilas, pulau terisolasi ini mirip Alcatraz di Teluk San Francisco, Amerika Serikat, yang memiliki penjara dengan keamanan tingkat tinggi yang tersohor.

Di pulau inilah Nelson Rolihlahla Mandela menghabiskan 18 tahun hidupnya atau…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

I
Iqbal, Sang ’Allama
2008-04-20

Tanggal 21 april 2008 menandai genap tujuh dekade wafatnya muhammad iqbal. selaku politikusnegara­wan, sumbangan terbesar…

I
Iqbal, Sang Politikus
2008-04-20

Sebuah pidato terlontar di depan anggota partai politik liga muslim pada 29 desember 1930 di…

K
Kerajaan Cinta dalam Senyap Mawar
2008-04-20

Tidak mudah menguraikan kekuatan puisi seorang penyair besar, kecuali melalui perbandingan sajak dengan penyair lain…