’Seni Berpameran’ Dokter Lintas Batas

Edisi: 14/47 / Tanggal : 2018-06-03 / Halaman : 54 / Rubrik : SN / Penulis : Hendro Wiyanto, ,


Hari nahas itu, Sabtu, 3 Oktober 2015, tak akan terlupakan. Pada pukul dua dinihari, sejumlah pasien tengah beristirahat dan semua pegawai Rumah Sakit Kunduz Trauma Centre di Kota Kunduz, Afganistan, amat sibuk. Tiba-tiba terdengar suara berdesing, dan maut datang bersama suara ledakan yang memekakkan. Rumah sakit itu dibom! Pesawat-pesawat pengebom AC-130U Amerika Serikat secara brutal meluluhlantakkan tempat itu, menewaskan 42 orang, menyisakan puing-puing dan puluhan orang luka.

Pameran "Medicines Not Bombs" yang diadakan organisasi Médecins Sans Frontières (MSF) atau Dokter tanpa Perbatasan di Grand Indonesia, Jakarta, pada 16-20 Mei 2018 ini memang tidak biasa. Para dokter lintas batas yang pada 1999 memperoleh Hadiah Nobel Perdamaian itu menyajikan "rekaan" benda-benda nyata dari peristiwa Kunduz untuk mengingat kembali kejadian tragis tersebut. Di sebuah ruangan yang dibangun di Exhibition Hall, West Mall lantai 5 Grand Indonesia, ada sebuah penanda bertulisan huruf-huruf besar tanggal kejadian, "Saturday 03 - October 2015", di atas warna merah darah.

Di sebelahnya tergantung jam dinding bundar yang, seperti paras yang kotor, lengket dengan coreng-moreng abu. Jarum jam menunjukkan waktu…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

A
Ada Keramaian Seni, Jangan Bingung
1994-04-23

Seminggu penuh sejumlah seniman menyuguhkan berbagai hal, bertolak dari seni pertunjukan, musik, dan seni rupa.…

M
Mempertahankan Perang Tanding
1994-06-25

Reog khas ponorogo bisa bertahan, antara lain, berkat festival yang menginjak tahun ke-10. tapi, di…

R
Reog Tak Lagi Menyindir
1994-06-25

Asal asul adanya reog ponorogo untuk memperingati perang tanding antara klanasewandono dengan singabarong.