Mengenang Hoesin Bafagih Dan Tonil Fatimah

Edisi: 15/47 / Tanggal : 2018-06-10 / Halaman : 46 / Rubrik : IQR / Penulis : Prihandoko, Seno Joko Suyono, Kukuh S. Wibowo


Hoesin Bafagih (1900-1958) adalah tokoh nasionalis Indonesia berdarah Arab. Bersama Abdurrahman Baswedan, ia aktif menumbuhkan kesadaran berbangsa dan bertanah air Indonesia di kalangan masyarakat keturunan Hadrami melalui organisasi Persatoean Arab Indonesia (PAI)-kemudian menjadi Partai Arab Indonesia. Tulisan-tulisannya, terutama di majalah Aliran Baroe, dikenal sebagai otokritik yang tajam terhadap tradisi kolot warga Arab-Indonesia.

Selain menggunakan surat kabar, Hoesin Bafagih menuangkan berbagai keresahannya melalui naskah drama. Satu yang paling fenomenal berjudul Fatimah. Naskah drama yang pertama kali dimainkan pada 1938 itu memunculkan kontroversi karena dianggap membuka "borok" masyarakat keturunan Arab di Indonesia. Setelah hampir 80 tahun "menghilang", naskah Fatimah diterbitkan ulang tahun ini. Naskah itu menjadi bahan diskusi menarik dalam Festival Hadhrami di Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, akhir April lalu.

Mochtar, si Goeroe mengatjoengkan rotannja, mengisjaratkan mareka (moerid2) melagoekan njanjian: "Hadramaut Jaa Biladi"

Moerid2: (Dengan berteriak-teriak menjanji, melagoekan ini nina bobok) "Hadramautoe Jaa Biladi...

Mansoer: Saudara Mochtar, Saia ingin bertanjak, bagaimana di dalam njanjian tadi dikatakan, "Hadramaut hai negrikoe," padahal ini moerid-moerid semoeanja terdiri dari peranakan Indonesia kelahiran ini negri? Adakah Hadramaut tanah aer mereka?

Mochtar: (Tersenjoem, katanya kemoedian sambil tertawa geli). Saia boekan tida ketahoei itoe, saudara! Tapi seperti saudara taoe, goena menahan sesoeap nasi saia, saia mesti perkosa kebeneran dengan ini matjam pengaboean jang semata-mata di maksoed oentoek melipoer-lipoerkan hatinja bestuurs dari ini sekolah, maoepoen wali-wali moeridnja!

Petilan naskah drama di atas bercerita tentang Mochtar, guru keturunan Arab di Jawa Timur pada 1930-an yang mengajar di sebuah sekolah Arab. Hatinya bimbang karena ia diharuskan oleh sekolah untuk senantiasa menekankan kepada murid-murid bahwa asal-usul atau tanah air mereka adalah Hadramaut-wilayah di selatan Yaman. Padahal hampir semua murid kelahiran Indonesia. Mochtar mengkritik kurikulum sekolah tempatnya mengajar, tapi dia tak bisa berbuat apa-apa.

Naskah yang mempersoalkan dilema kebangsaan di kalangan Arab pada 1930-an itu ditulis oleh tokoh Persatoean Arab Indonesia (PAI)-belakangan menjadi Partai Arab Indonesia-bernama Hoesin Bafagih (1900-1958). Naskah ini berjudul Fatimah. Fatimah dalam naskah adalah seorang perempuan yang oleh ayahnya, pedagang kaya yang sakit-sakitan bernama Nasir, hendak dijodohkan dengan Mochtar. Nama sang pengarang, Hoesin Bafagih, hampir-hampir tidak pernah disebutkan orang pada masa kini. Orang lebih mengenal Abdurrahman Baswedan sebagai pemimpin PAI. Adapun Baswedan sesungguhnya sangat mengagumi artikel-artikel yang ditulis Bafagih dan menyebutnya sebagai kritikus sosial yang tajam dalam menelanjangi masalah komunitas Arab di Indonesia.

Demikian juga dalam drama Fatimah ini. Sejarah teater Indonesia bisa disebut melupakan naskah ini. Tak banyak yang mengetahui keberadaannya. "Pada tahun 30-an kita mengenal pertunjukan komersial populer, seperti pentas bangsawan, Opera Melayu, Miss Riboet, Komedi Stamboel, Dardanella, tapi kita lupa pernah ada juga pertunjukan Hosein Bafagih, Fatimah, yang tak semata-mata hiburan, tapi juga ada misi pendidikan," kata Cobbina Gillit, peneliti sejarah teater Indonesia dari New York, Amerika Serikat.

Padahal pada 1930-an, pertunjukan drama, atau yang pada masa itu masih disebut sebagai tonil, Fatimah menggemparkan kalangan Arab. Isi naskah ini sebagian besar berupa sindiran atau self-criticism atas berbagai hal negatif dalam kehidupan masyarakat keturunan Arab di Indonesia. Meski tonil itu berjudul Fatimah, sebetulnya porsi Fatimah tak begitu banyak. Sosok Fatimah hanya muncul di akhir cerita. Itu pun sudah dalam kondisi menjadi jenazah atau meninggal.

Naskah ini, antara lain, menyindir orang-orang Arab yang menjadi lintah darat,…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

D
Dan Sang Guru Berkata...
2004-04-18

Novel filsafat sophie's world menjadi sebuah jendela bagi dunia untuk melihat dunia imajinasi dan edukasi…

E
Enigma dalam Keluarga Glass
2010-04-11

Sesungguhnya, rangkaian cerita tentang keluarga glass adalah karya j.d. salinger yang paling superior.

T
Tapol 007: Cerita tentang Seorang Kawan
2006-05-14

pramoedya ananta toer pergi di usia 81 tahun. kita sering mendengar hidupnya yang seperti epos.…