Masih Warga Kelas Dua

Edisi: 16/47 / Tanggal : 2018-06-17 / Halaman : 34 / Rubrik : NAS / Penulis : Stefanus Pramono, Raymundus Rikang, Shinta Maharani


NUGROHO, 44 tahun, tak beragama Islam. Warga Desa Wirobrajan, Kota Yogyakarta, ini sejatinya sejak kecil menganut Sumarah, salah satu kepercayaan yang berpasrah kepada Tuhan. Nugroho adalah cucu Raden Ngabehi Soekino Hartono, yang mendirikan Sumarah pada 1935.

Tapi lebih dari seperempat abad Nugroho menyimpan kartu tanda penduduk dengan kolom agama bertulisan ”Islam”. Nugroho mengatakan ia menyematkan ”Islam” di kolom agama untuk memudahkan pengurusan tetek-bengek administrasi birokrasi. Lagi pula dia tak pernah melihat ”kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa” dalam daftar pilihan agama kala membuat KTP.

Ditambah aliran kepercayaan seperti Sumarah kerap dianggap tak bertuhan alias
ateis. ”Jadi saya pilih Islam supaya praktis saja,” katanya kepada Tempo, Senin pekan lalu. Istri dan keluarga Nugroho melakukan hal yang sama. Meski demikian, Nugroho sebenarnya rindu menanggalkan ”Islam” dari KTP-nya dan mengganti dengan apa yang dipercayainya.

Peluang itu datang setelah Mahkamah Konstitusi pada November 2017 menganulir
Pasal 61 ayat 1 dan 2 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan. Mahkamah juga membatalkan Pasal 64 ayat 1 dan 5 Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2013 tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006. Isi ayat itu adalah…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

S
Setelah Islam, Kini Kebangsaan
1994-05-14

Icmi dikecam, maka muncul ikatan cendekiawan kebangsaan indonesia alias icki. pemrakarsanya adalah alamsjah ratuperwiranegara, yang…

K
Kalau Bukan Amosi, Siapa?
1994-05-14

Setelah amosi ditangkap, sejumlah tokoh lsm di medan lari ke jakarta. kepada tempo, mereka mengaku…

O
Orang Sipil di Dapur ABRI
1994-05-14

Sejumlah pengamat seperti sjahrir dan amir santoso duduk dalam dewan sospol abri. apa tugas mereka?